Indonesia merupakan salah satu sumber tenaga kerja yang cukup besar di dunia. Salah satu penyumbang tenaga kerja Indonesia (TKI) yang cukup besar adalah Provinsi Jawa Timur, salah satunya adalah Kabupaten Tulungagung. Di kabupaten ini, banyak penduduknya terutama penduduk usia produktif yang bekerja di luar negeri menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI). Bekerja sebagai petani sawah dirasakan tidak lagi menjanjikan bagi masyarakatnya.
Sehingga tenaga kerja di sektor pertanian lebih banyak didominasi oleh para orang tua. Untuk bekerja di sektor lain pun sudah susah untuk diperoleh. Oleh karena itu, wajar kiranya daerah ini menjadi salah satu daerah di Indonesia yang menjadi sumber TKI untuk pergi ke luar negeri.
Kabupaten Tulungagung adalah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Tulungagung terkenal sebagai salah satu dari beberapa daerah penghasil marmer di Indonesia, dan terkenal terletak 154 km barat daya Kota Surabaya, ibu kota Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Tulungagung beribukota di Kecamatan Tulungagung, yang terletak di tengah Tulungagung. Kabupaten Tulungagung terbagi dalam 19 kecamata, 257 desa, dan 14 kelurahan (sumber: www.tulungagung.go.id). Sedangkan berdasarkan pada data BPS Tulungagung pada tahun 2014, jumlah penduduk sebanyak 1.053.276 jiwa, dengan tercatat kaum laki-laki sebanyak 526.188 jiwa, sedangkan kaum perempuan sebanyak 527.088 jiwa.
Menurut Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), Kabupaten Tulungagung sendiri merupakan daerah penyumbang TKI terbesar di Jawa Timur selain di Ponorogo. Menurut data yang dihimpun dari Dinas Tenaga Kerja setempat, lebih dari 1000 orang diberangkatkan ke luar negeri setiap tahunnya. Setiap tahun mereka mengirimkan uang dari luar negeri (remittance) sebesar Rp 300 miliar. (sumber: www.bpn2tki.com)
Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten Tulungagung, Yumar mengungkapkan, bahwa sejak awal hingga pertengahan 2014, tercatat sekitar 3.000 TKI dari Tulungagung yang diberangkatkan ke sejumlah negara tujuan. Paling banyak bekerja di Taiwan atau Hongkong. Hampir setiap bulan rata-rata sekitar 500 TKI/TKW yang terdaftar telah diberangkatkan.
Jumlah remitansi atau pengiriman uang dari TKI/TKW di luar negeri ke Kabupaten Tulungagung sebagaimana data dinsosnakertran maupun Migrant Centre Tulungagung diprediksi mencapai Rp 1,2 triliun lebih. Besarnya nilai remitansi itu mengasumsikan rata-rata setiap desa yang berjuluk "Kampung TKI" di daerah ini setiap tahunnya mampu menyumbang devisa sekitar Rp3 miliar lebih.
Dari sampel desa yang dianalisis, diketahui bahwa rata-rata uang tunai yang dibawa buruh migran ke Tanah Air lebih dari 50 persen total penghasilan. Baik dalam bentuk mata uang asing maupun rupiah. Di Malaysia, Brunei Darussalam, atau Taiwan misalnya, upah buruh migran sebesar Rp2,5 juta hingga Rp3,5 juta per bulan.
Adanya jumlah pengangguran akan meningkat, karena masyarakat tidak mampu untuk membuat usaha sebab oleh terbentur modal, ketrampilan, dan terbatas akses pasar, sementara itu peluang kerja juga terbatas. Itulah sebabnya sejumlah masyarakat Tulungagung memilih menjadi TKI sebagai solusi praktis atas masalah ekonomi yang mendera keluarganya dan untuk mendapatkan kesejahteraan hidup yang lebih baik.
Namun, menjadi TKI bukanlah pilihan utama atau solusi untuk memperbaiki tingkat perekenomian dan taraf hidup penduduk. Karena terkait resiko akan lemahnya perlindungan HAM dan keselamatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri. Perlunya pengembangan sektor-sektor seperti sektor industri, ataupun pariwisata yang sangat berpotensi di Tulungagung, dengan memanfaatkan sumber daya dan kemajuan teknologi dapat membantu meningkatkan taraf perekonomian masyarakat. Tentunya dengan kerjasama antara pemerintah daerah dengan masyarakat Tulungagung. Peningkatan taraf pendidikan untuk masyarakat di Tulungagung adalah kunci dari permasalahan ini.
Opsi lain, juga bisa dengan cara TKI purna (eks-TKI) membantu mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dengan membuka peluang usaha di berbagai bidang. Pengaruhnya, dapat mengurangi pengangguran setempat. Apabila diasumsikan eks-TKI setelah pulang mereka menggunakan sebagian penghasilan untuk membuka usaha maka minimal pengangguran sejumlah eks-TKI akan terserap. Dengan kata lain, strategi ini akan efektif untuk mengurangi pengangguran dan mendorong pertumbuhan ekonomi makro di sejumlah pedesaan di Tulungagung, demi terciptanya Tulungagung sebagai daerah yang unggul dan mandiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H