Lihat ke Halaman Asli

Sebat: Dari Rokok, oleh Rokok, dan Untuk Rokok

Diperbarui: 22 Maret 2023   09:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebat atau nyebat disebut akronim pada bahasa anak gaul disebut sedot sebatang rokok. Kata tersebut mungkin mempermudah dalam pelafalan anak tongkrongan ketika mengajak temannya untuk merokok. Pada bahasa gaul arti Sebat ini digunakan ketika kita ingin meminta sebatang rokok kepada seorang teman atau ingin istirahat sebentar untuk menghisap sebatang rokok

Rokok digambarkan lintingan atau gulungan tembakau yang digulung / dibungkus dengan kertas, daun, atau kulit jagung, sebesar  kelingking dengan panjang 8-10 cm, biasanya dihisap seseorang setelah dibakar ujungnya. Rokok merupakan pabrik bahan kimia berbahaya. Hanya dengan membakar dan menghisap sebatang rokok saja, dapat diproduksi lebih dari 4000 jenis bahan kimia.

Manusia merokok untuk pertama kalinya adalah suku bangsa Indian di Amerika, untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad 16, ketika bangsa Eropa menemukan benua Amerika, sebagian dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba mengisap rokok dan kemudian membawa tembakau ke Eropa. Kemudian kebiasaan merokok mulai muncul di kalangan bangsawan Eropa. Tapi berbeda dengan bangsa Indian yang merokok untuk keperluan ritual, di Eropa orang merokok hanya untuk kesenangan semata. Abad 17 para pedagang Spanyol masuk ke Turkiye dan saat itu kebiasaan merokok mulai masuk negara-negara Islam.

Overthingking mengenai sebat mungkin sebagian orang merasakan begitu nikmatnya tiap sedotan rokok yang dihirup dengan berbagai varian coklat, anggur, dan sebagainya untuk melepaskan rasa penat di kepala yang menumpuk jadi kesatuan pikiran rumit terkumpul jadi stres dilepaskan begitu saja melalui hembusan asap rokok. 

Selain itu, negara berbahagia tiap sedotan dan hembusan rokok dari warganya menjadipenyumbang kas negara, terlebih lagi di tahun 2023 dan 2024 pemerintah akan menaikan tarif cukai hasil tembakau (CHT) rata-rata sebesar 10% pada 2023 dan 2024 dengan jenis rokok tangan maksimal 5%. Dampak dari sebat perbatang inilah fasilitas dan pembangunan negara dapat berdiri kokoh dan berjaya karena hasil dari pungutan cukai rokok. Andaikan negara melarang penjualan rokok bagaimana negara memutar uang untuk kesejahteraan warga, membangun infrasturuktur, serta kesehatan masyarakat? Banggalah kalian wahai sebaters dimanapun kalian berada.

Andai kata rokok tidak ada, mungkin perang di Indonesia belum berakhir sampai saat ini. Negara-negara barat akan lebih menguras kekayaan sumber daya alam, perdamaian di Indonesia masih terancam, dan masyarakat Indonesia mesti lebih berdarah-darah melawan para penjajah. Lantas dengan adanya sosok presiden RI pertama Ir. Soekarno dengan aktivitas sebat dan memikirkan caranya mengusir penjajah secara terorganisir tidak lepas dari rokoknya. Sang proklamator juga menjadi gaya iconic sebatnya untuk mengintimadasi bagi penjajah terdahulu.

 Selain sang proklamator, ada juga K.H. Agus Salim yang memperkenalkan rokok kepada pangeran Inggris, serta beberapa diplomat luar negeri lainnya. Disanalah K.H. Agus Salim dengan cara diplomasi ala rokoknya untuk memenangkan pertarungan dan membuat petinggi Belanda terberak-berak atas argumennya menganai bangsa eropa yang berbondong-bondong mengambil rempah-rempah.

Rokok tidak dapat dipisahkan dari sejarah kejayaan di zaman kolonial Belanda dan bisnis industri rokok era tradisional hingga modern. Budidaya tembakau mulai dilakukan Belanda ketika menjajah Indonesia. Saat itu, Belanda sengaja menumbuhkembangkan tembakau Indonesia yang diakui punya kualitas nomor wahid untuk bahan baku rokok baik cigarette maupun cerutu. Tercuat nama Tembakau Deli hingga ke benua Eropa.

Orang-orang perokok cenderung melampiaskan tentang rasa kekhawatiran akan hidupnya sendiri tanpa melibatkan orang lain untuk ikut serta dalam kekhawatirannya dan mencari solusi untuk akar dari kekhawatirannya tersebut. Contoh Albert Einstein disebut seorang pencandu rokok. 

Dia sangat suka merokok ketika bekerja dan melakukan aktivitas. Bahkan ada ucapannya berbunyi "Saya percaya bahwa merokok memiliki kontribusi akan suatu perdamaian." Katakanlah seorang ilmuwan seperti Albert Einstein yang memiliki kekhawatiran mengenai teori relativitas, nuklir, dan gravitasi yang dapat menciptakan suatu peradaban pada manusia. Tanpa adanya rokok Albert Einstein tidak bisa menghentikan rasa khawatir terhadap dirinya sendiri, justru rasa gelisah yang dialaminya malah semakin meningkat.

Merokok tentunya bisa jadi menciptakan kedekatan antar individu lainnya. Ketika seseorang kehabisan gas untuk menyalakan sebatang rokok, orang tersebut mencari cara untuk menghidupi dengan cara nyambung rokok atau minta sedikit gas untuk menghidupi rokok. Disanalah memungkinkan adanya interaksi secara langsung terhadap perokok. Ada istilah tongkrongan "Ketika bekerja liberal, waktunya merokok komunis". Hal tersebut menunjukan dari rokok dapat berbagi cerita tentang suana hati yang begitu resah. Serta menjadikan pengalaman cerita suatu alat untuk menakar diri untuk kehidupan selanjutnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline