Lihat ke Halaman Asli

Novel | Optomos Boy

Diperbarui: 8 Oktober 2017   21:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

(chapter 1: kemunculan aneh!!)

Alkisah diceritakan seorang remaja 18 tahun dengan penampilan begitu tidak menarik bahkan banyak diceritakan bagai remaja kumuh bergaya retro dengan kemeja terbuka, memakai kaos dalam hitam bergaya layaknya preman tanpa gairah hidup, bercelana cutbray, rambut ikal sepundak diikat oleh sebuah karet begitu lusuhnya tanpa diganti sekalipun. Dia berkata bahwa karet nya ini akan membawa keberutungan bagi dunia ini. Kehidupan sehari harinya hanya datang ke sekolah dan diam memerhatikan ceramah dari gurunya sehingga tak jarang teman-teman nya  memanggil dia dengan panggilan 'slo' meski nama asli nya bernama Jono Bejo. Namun, kecerdasan Jono Bejo tidak dapat dipandang sebelah mata. 

Sejak dari kelas 1 sampai 2 SMA Jono selalu menduduki peringkat 2 besar dan selalu bersaing dengan teman nya bernama Lady Ros. Dia sebagai teman paling dekat Jono  Nama Jono Bejo berasal dari peninggalan orang tuanya. Jono Bejo seorang anak yatim piatu pada usia 2 tahun karena orang tuanya tewas tanpa jejak. Kematian orang tuanya tersebut masih tetap dirahasiakan oleh bibinya dan pamannya sampai usia Jono menginjak remaja. 

Orang tua Jono hanya meninggalkan sebuah karet dengan diikatnya pada kaki, namun menginjak remaja karet tersebut digunakkan sebagai ikat rambut dan sampai sekarang karet itu dianggap sebagai pembawa keberuntungan dalam hidupnya. Sampai saat ini, Dia tinggal bersama bibinya bernama Bibi Lis dan Paman Emus. Namun, Paman Mus meninggal ketika Jono duduk dibangku kelas 2 SMP karena serangan jantung.

Di pagi hari dengan cuaca begitu bagus sambil menikmati liburnya bersama alunan kicauan kicauan burung begitu merdu sembari duduk memandang jendala terbuka melihat langit biru, Jono membayangkan masa depannya sambil bergumam "bagaimana kalo aku gagal?, kenapa aku harus hidup? Harus lakukkan apa aku ini?" disela-sela nya melamun, tiba-tiba ada suara seperti memanggilnya, kemudian Jono terbangun dari kursinya dan melihat lewat jendela tersebut. 

Ternyata terlihat Lady Ros sambil mengendarai sepedahnya  dengan berteriak memanggil nama Jono seperti ada sesuatu harus disampaikan. Jono pun menanggapi panggilan Ros dari jendela "heyyyy Ros! Ada apa kamu pagi pagi sekali menemuiku?" Ros menjawabnya "Jon kita pergi ke taman," Jono pun mengangguk dan segera bergegas turun melewati anak tangga, ketemulah Jono semenjak di lorong tangga dengn Bibi Liz, heran dengan tingkah terburu buru nya Jono, Bibi Liz langsung menanyainya "Mau kemana kau tergesa gesa begini?" Jono menjawab "diluar sana ada Ros bi,"

 Dia mengajak aku bersepedah ke taman." Bibi Liz meminta "setelah pulang darisana bisakkah kamu membelikannku satu sekat telur di toko?" jawabnya semu membantah "apakah aku harus melakukanya? Ya aku bersedia" dengan sedikit kecewa Bibi Liz pun membiarkannya pergi dan berkata "jaga dirimu baik- baik nak!" Jono pun mencium pipinya  dan bergegas mengahampiri temannya itu. Setelah ketemu dengan teman perempuan berparas cantik campuran antara oriental dan melayu dengan rambut lurus sepinggang  dengan ikatan rapihnya. Mereka pun bergegas ke taman ditujunya sesampainya disana mereka asik-asik berbincang bincang sampai malam.

Menjelang sore menuju senja Bibi Liz bertanya tanya "kemana bocah itu, sudah hampir jam segini belum pulang juga," ucapnya. Daripada menunggu lama Bibi Liz bergegas membeli telur itu. Bibi Liz berjalan dari rumah ke toko, beberapa blok rumah dilewatinya. Namun perjalanan Bibi Liz tidak mulus. Dalam keadaan sepi Bibi Liz merasa ada orang mengikutinya hingga laju jalan dipercepat. Seperti halnya hantu berbentuk. Tiap kalinya ada belokkan jalan menuju toko Bibi Liz melihat cermin cembung terletak diantara pertigaan belokan. Beberapakali melihat cermin itu jantung Bibi Liz berdetak keras sampai nafas nya pun terengah-engah  berharap sudah sampai di toko. Beberapa meter menuju toko tersebut Bibi Liz berjalan begitu cepat lagi dan sepertinya begitu cepat lah dia mengikutinya, beruntung Bibi Liz sampai di toko itu.

 Dengan wajah terengah engah sambil menekuk dan memegang lututnya nya sambil mengambil nafas karena kepanikannya pada saat berjalan menuju toko tadi berasa ada mengikuti dirinya, kemudian datang lah pria kurus berawakan jangkung dengan  rambut pirang  keturunan jawa amerika menghampirinya, pria itu merasa kenal dengan wanita tua itu dan menanyakannya  kepada Bibi Liz "hey nek! Apakkah nenek baik baik saja" ujarnya, "Yaa aku merasa cukup baik kali ini,

 Aku merasa tadi ada orang mengikuti aku semenjak jalan dari rumah ke toko ini." Jawabnya, "apakah kita pernah ketemu sebelumnya yahh nek?" tanya pria itu. "apakah kamu temannya Jono?" jawab Bibi Liz merasa bingung. "oh yahhh anda Bibi Liz, aku teman Jono sewaktu SMP, lama aku tak berjumpa denganmu lagi," ujar pria tersebut. "ngomong ngomong siapa nama kamu ini? 

Aku Cuma mengingat wajah mu tapi aku lupa dengan namamu." Tanya Bibi Liz. "oh yahh namaku Lana, udah gelap gini mengapa wanita tua seperti berjalan sendirian? Kemana Jono?" ujarnya. "aku menyuruh Jono untuk membeli telur tadinya setelah Ia pulang dari taman, namun nyatanya Jono belum juga muncul batang hidungnya dari tadi. Jadi Bibi sendiri pergi ke tokonya, seperti nya tadi ada pengintai Bibi sampai ke toko ini, pas dilihat ternyata gaada juga orangnya. Jadi Bibi sampai disini terlihat terengah-engah karena kepanikan," ujar Bibi Liz. "aku harap bibi bersedia aku antarkan pulang ditemani olehku," tawar Lana. "terimakasih bantuannya." Ujar Bibi Liz. Setelah membeli telur, diantarlah Bibi Liz oleh Lana. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline