Lihat ke Halaman Asli

Oh Tidak!! Pacarku Tuna Rungu

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernah kebayang nggak sih kalau pacar kita adalah seorang tuna rungu? Kebayang juga nggak kira-kira komunikasi yang terjalin? Apakah selalu berujung perselisihan? Nah, mau tahu rasanya gimana punya pacar berkebutuhan khusus, kamu harus tonton Baska Dilde Ask atau Love in Another Language.

Ada dua tokoh utama dalam film ini. Pertama adalah seorang perempuan muda bernama Zeynep. Cantik dan mirip banget sama Atiqah Hasiolan. Single atau lebih tepatnya baru putus sama bos di tempat ia bekerja sebagai call center. Kemudian ada Onur, seorang pustakawan. Ganteng, sudah pasti plus badannya bagus karena suka olahraga kano. Satu kekurangan Onur, dia tuna rungu.

Keduanya dipertemukan di sebuah pesta. Onur yang tidak bisa berkomunikasi, memilih untuk duduk di bar. Menikmati bir dingin. Lain dengan Zeynep, asyik menikmati pesta. Tertawa, menari dan mengabadikan setiap momen di pesta itu dengan kameranya. Beberapa kali, Zeynep mengambil gambar Onur yang asik minum sembari memperhatikan dirinya.

Lelah menari, Zeynep menghampiri Onur. Ia memesan bir. Keduanya lalu saling memandang dan tersenyum.Saat itu Zeyneb tak mengetahui jika Onur tuli.

Ketika pulang, Zeynep memanggil-manggil Onur, namun Onur bergeming. Seorang teman memberitahu jika Onur dungu. Zeynep terdiam, berpikir sejenak. Lalu loncat ke pelukan Onur sembari berkata bahwa ia telah menemukan calon suami yang tepat.Keduanya kemudian menghabiskan malam di apartemen Onur. Ya tahulah ya apa yang mereka lakukan.

Kembang-kembang cinta di antara mereka pun bersemi. Onur jatuh cinta pada Zeynep yang pembangkang. Sementara Zeynep juga jatuh hati pada Onur yang tak malu akan kekurangannya. Keduanya kemudian memutuskan untuk hidup bersama.

Onur mirip Robert Downey jr dan Zeynep mirip Atiqah Hasiolan

Awalnya Zeynep bingung cara berkomunikasi dengan Onur. Dengan tulisan atau berbicara perlahan atau ia harus mempelajari bahasa kaum tuna rungu. Melalui secarik kertas, Onur memberitahu cara berkomunikasi dengannya. “Pandang aku saat kau berbicara padaku.”

Entah si Onur itu bisa membaca omongan orang lewat mata, atau ia membaca gerak bibir Zeynep, ternyata komunikasi semacam itu berhasil. Komunikasi mereka berjalan mulus semulus perosotan, begitu pula kisah cinta keduanya. Zeynep juga mulai belajar bahasa tuna rungu.

Eits, tapi masalah kemudian muncul. Onur yang tempramen menyebabkan sejumlah masalah. Misalnya waktu Zeynep mengambil barangnya di rumah Leyla, sahabatnya. Zeynep dihadang oleh mantannya yang juga sepupunya Leyla. Main tarik-tarikan koper lah keduanya. Onur naik pitam. Menduga ada yang mau nyakitin pacarnya. Emosi, Onur adu jotos sama mantannya Zeynep.

Setelah dilerai, Zeynep malah dipukul sama Onur. Marah dong Zeyneb. Nggak terima dipukul sekaligus nggak suka dengan sikap tempramental Onur. Tapi setelah berantem, eh ciuman, baikan lagi deh mereka.

Lagi-lagi sikap emosian Onur membuat hubungan mereka putus. Onur memukul petugas keamaan yang dikira mau melukai Zeynep pada saat Zeynep dan kawan-kawannya demo. Keduanya ditangkap polisi. Zeynep dibebakan karena ternyata ia anak orang besar. Ia dipaksa untuk mengakhiri hubungan dengan Onur oleh orangtuanya yang tahu kalau Onur tuli.

Untuk berapa lama mereka nggak berhubungan. Zeynep tinggal di rumah temannya. Onur sibuk dengan kerjaan dan hobinya bermain kano.

Nah, ini menurut saya the best scene. Yaitu ketika Zeynep mau mengambil barang di apartemen Onur. Saat Zeynep beres-beres, tiba-tiba Onur datang. Onur menyadari Zeynep telah datang dan mengambil seluruh barangnya dan meletakan kunci apartemen di atas meja. Padahal si Zeynep, ngumpet di belakang pintu. Zeynep terisak, demikian pula dengan Onur, yang merasa telah kehilangan Zeynep untuk selama-lamanya. Mendengar isak tangis Onur, Zeynep menangis kejar! Tapi apa mau dikata, Onur tuli. Onur tak bisa mendengar tangisan kehilangan yang dirasakan Zeynep.

Akhirnya? Eum.. kasih tahu nggak ya?? Tonton aja sendiri.

Film percintaan antara orang yang memiliki kekurangan bukan yang kali pertama saya tonton. Sebelumnya ada film tentang sepasang orang buta yang saling mencintai. Tapi kali ini lain, karena ini kisah orang normal dengan disable.

Love in Another Language mengajarkan kita tentang bagaimana kita menerima kekurangan orang lain, atau dalam film ini kekurangan orang yang kita cintai. Di film ini, semua teman Zeynep ragu hubungan semacam itu bisa bertahan lama. Begitu pula dari pihak Onur. Ibunya meragukan Zeynep adalah wanita yang bisa menerima Onur apa adanya. Tapi Zeynep membuktikan, ia bisa menerima Onur yang tuli, tak bisa bicara dan bahkan tempramental. Padahal Ayah Onur, malu luar biasa punya anak seperti Onur, hingga memutuskan meninggalkan Onur dan ibunya.

Bukan cuma itu. Di sini kita melihat bahwa komunikasi itu bukan Cuma lewat mulut. Tapi bisa lewat media lainnya. Buat kita yang normal, kadang-kadang saja rasanya sulit untuk berkomunikasi dengan baik. Apakabar si Onur dan Zeynep? Kalau antar Onur dan Zeynep lewat bahasa matadan bahasa cinta komunikasi mereka bisa lancar.

Di film ini kita dikasih tahu beragam alat mulai dari yang canggih sampai jadul untuk menjembatani komunikasi mulai dari handphone [sms], komputer [chatting],televisi, sampai papan tulis. Nah, kalau kamu, media apa yang paling pas untuk berkomunikasi? Kalau saya bahasa tubuhLoL

Highly recommended movie.. film yang bisa dijadikan pelajaran hidup. Tentang mencintai orang tanpa memperdulikan penampilan fisik.

foto: hasil googling ;)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline