Kota Tuban memiliki asal usul dalam beberapa versi,pertama berasal dari nama batu pusaka yang menjadi harta kerajaan majapahit ,ketika kerajaan majapahit jatuh semua harta kekayaan dialihkan ke demak salah satunya batu pusaka yang bernama watu tiban tersebut,namun watu tiban yang konon nya dibawa oleh seorang burung bangau terjatuh di suatu tempat yang sekarang menjadi kota Tuban,dengan demikian Tuban berasal dari kata "Wa(Tu)Ti(ban)". Adapun versi kedua berupa lakuran dari metu banyu berarti keluar air, yaitu peristiwa ketika Raden Dandang Wacana (Kyai Gede Papringan) atau Bupati Tuban yang pertama membuka hutan Papringan dan anehnya, ketika pembukaan hutan tersebut keluar air yang sangat deras,hal ini juga berkaitan dengan adanya sumur tua yang dangkal tetapi airnya melimpah dan istimewanya sumur tersebut airnya tawar padahal berada di dekat pantai.
Tuban merupakan kota tua yang yang terletak di pantai utara Jawa. Keberadaan Tuban telah disebut dalam prasasti sekitar 1050 hingga abad XIII. Tuban merupakan pelabuhan utama kerajaan Hindu Buddha di pedalaman Jawa Timur. Raja Airlangga (1019-1041) mendirikan sebuah pelabuhan samudera di Kembang Putih, suatu tempat yang menjadi cikal bakal Kota Tuban. Pelabuhan ini berkembang menjadi pemukiman. Pada masa Kerajaan Majapahit, Tuban adalah kota bawahan kerajaan tersebut dan telah menjadi kota bandar pelabuhan terkenal. Pada masa itu, hubungan dengan dunia internasional telah terjadi. Para pedagang dan saudagar dari mancanegara datang dengan kapal-kapal laut membawa barang dagangan. Beberapa diantaranya merupakan saudagar muslim dan para mubaligh untuk menyebarkan Islam di Pulau Jawa di berbagai aspek baik pedalaman maupun pesisir.
Dikarenakan menjadi pusat penyebaran islam oleh para saudagar muslim dan juga para walisongo yang faktanya para walisongo tersebut sangat berkontribusi dalam menyebarkan agama Islam di seluruh Nusantara,tak heran kota Tuban disebut sebagai kota Wali yang sampai saat ini juga menjadi julukan kota tersebut.Di samping itu,dengan berbagai aneka budaya dan sejarah yang unik yang ada di kota Tuban,kota tersebut juga disebut sebagai Bumi ronggolawe, kota tuak, kota seribu Goa,dan juga dijuluki sebagai The mid-East of java dikarenakan letak geografis Tuban yang berada di perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Kabupaten Tuban juga merupakan kota kelahiran saya,masyarakat di kota Tuban sangatlah melestarikan budaya para leluhur dan nenek moyang mereka sampai saat ini. Dikota ini juga salah satu walisongo yang bernama Sunan Bonang dimakamkan, tepatnya sekarang berada di depan Alun-alun kota Tuban,para peziaroh pun ketika selesai ziaroh di makam tersebut,mereka menikmati keindahan kota Tuban dan membeli makanan-makanan khas Tuban.
Adapun tradisi yang tetap lestari di kota ini seperti sedekah laut, sandur, memperingati haul sunan bonang, sampur bawur, sedekah bumi, wayang dan masih banyak lagi,disini saya akan menjelaskan sebagian tradisi tersebut yang mungkin anda penasaran apa sih tradisi itu?
Tradisi upacara sedekah laut merupakan tradisi turun temurun yang dilaksanakan oleh masyarakat pesisir, tradisi ini biasanya digelar pada Rabu Pon, bulan Rajab dalam penanggalan Jawa ,tradisi yang masih eksis sampai sekarang itu merupakan warisan Mbah Kyai Mancung yang menjadi sesepuh adat setempat. Salah satu daya tarik tradisi ini ialah kapal-kapal kecil yang dilarungkan ke tengah laut. Selain itu, yang paling ditunggu-tunggu ialah saat puluhan perahu dengan hiasan bendera berlayar bersama mengawal
pelarungan sesaji yang disediakan masyarakat,sesaji yang dilarung ke tengah laut berisi ayam panggang, nasi, dan hasil laut yang disebut Bekakak.Bekakak ini biasanya terdiri dari telur, kacang hijau, kacang tanah, lawe, sisir, cermin kecil, pisang, cabai, terasi, micin dan bumbu lengkap, gula, kelapa, bunga, dan nasi tumpeng kecil. Sedekah laut dengan melarungkan sesaji itu bertujuan untuk pengungkapan rasa syukur para nelayan terhadap Tuhan Yang Maha Esa karena tangkapan ikan yang melimpah,selain sebagai ekspresi rasa syukur,tradisi tahunan itu juga bertujuan untuk menolak bala dan menghormati para leluhur.
Kesenian sandur merupakan kesenian tradisional asli Tuban,kesenian sandur bertumbuh dan berkembang di masyarakat pedesaan. Sebagai seni rakyat,Kesenian sandur memiliki sifat yang komunikatif dikarenakan tidak ada batasan antara pemain dan penonton. Sehingga mereka leluasa untuk berinteraksi,selain itu kesenian sandur tidak menggunakan pola-pola yang rumit baik dalam hal iringam (musik), gerak (tari) dan dialog.
Kesenian sandur menceritakan kehidupan manusia dari dalam kandungan manusia hingga meninggal dunia. Selama hidup di dunia mereka mengerjakan pertanian mulai dari membersihkan sawahnya, ditanami padi, hingga panen. Pada kesenian ini juga banyak menceritakan berbagai macam sifat dalam diri manusia,melalui sifat itu manusia akan terdorong ke arah baik dan buruk. Dengan adanya sifat itu manusia akan mempunyai rasa bersyukur atas segala apa yang telah dimiliki saat ini. Pengungkapan rasa syukur tersebut dilakukan dengan dipentaskannya kesenian ini dengan segala bentuk tata busana, tarian, tahapan dan perlengakapan yang ada.
Tradisi lain berada di Tuban yaitu peringatan Haul Sunan Bonang,tradisi ini diadakan di kawasan wisata religi Makam Sunan Bonang,meskipun tempat pemakaman sunan tidak begitu luas,namun tidak menjadi masalah bagi masyarakat dalam merayakan Haul Sunan Bonang ini.Beragam niat dan motivasi para pengunjung haul Sunan Bonang mulai mendoakan diri sendiri,keluarga,guru,keperluan bisnis dan lain sebaginya.
Kegiatan haul Sunan Bonang ini dilakukan setiap hari kamis pon malam jum'at wage bulan muharram (Syuro).Kegiatan ini puncaknya akan dilakukan pada malam jum'at wage dengan kegiatan pengajian umum yang dipusatkan di alun-alun Tuban. Sedangkan rangkaian kegiatan haul Sunan Bonang sudah dilakukan selama beberapa hari sebelumnya seperti pertemuan para ulama, istighotsah se Kabupaten Tuban,tahtimul qur'an,pengajian sorogan,pentas shalawat,khitanan umum,tahlilan,dan lain sebagainya.