Lihat ke Halaman Asli

Rizal Hadizan

Penulis Konten

5 Kesalahpahaman Soal Sampah

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

5 Kesalah-pahaman Soal Sampah

Sampah Salah paham atau salah persepsi terjadi kala kebiasaan telah terbentuk, mengubah kebiasaan dilakukan apabila pola pikir yang menghasilkan tindakan itu dirubah, berikut beberapa misspersepsi soal sampah;

  1. Bila lingkungan kita bersih, masalah sampah sudah selesai. Betul lingkungan kita bersih, namun jika kita mau berfikir agak mendalam "kemanakah sampah kita?" mungkin jawabnya akan seperti ini "dibuang TPA (Tempat Pembuangan Akhir) oleh petugas kebersihan, ah sudahlah yang penting kan saya sudah bayar dan melaksanakan kewajiban" padahal orang yang tempatnya dijadikan TPA terkena getahnya dari sampah kita, faktanya tahun 21 Februari 2005 terjadi longsor di TPA Leuwih Gajah yang mengakibatkan 143 orang tewas. Sekitar 137 rumah di Desa Leuwigajah, Cimahi Jawa Barat tertimbun longsoran sampah dengan ketinggian mencapai 30 meter, sempatkah kita berfikir "jangan-jangan ada sampah kita ikut menimbun mereka yang meninggal?, apakah kita ikut berkontribusi?". Membersihkan sampah hanya memindahkan masalah. orang lain yang tempatnya dijadikan TPA yang terkena getahnya dari sampah kita. Mari bertanggung jawabterhadap sampah yang kita hasilkan dari mulai rumah kita sendiri.

  2. Sampah dapat dibakar dan dikubur. Membakar dan mengubur sampah yang mengandung plastik atau batu baterai justru akan melepaskan racun-racun yang berbahaya yang mengakibatkan rusaknya lingkungan dan dalam jangka panjang justru akan berdampak serius pada kesehatan masyarakat seperti kanker, cacat pada bayi dan penyakit modern lainnya.

  3. Menangani sampah di rumah atau komunitas akan membuat kita terkena bau sampah dan masalah lain dari sampah. Masalah sampah terjadi karena penanganannya tidak tepat seperti; tidak meminimalisir keluarnya sampah, tidak melakukan pemilahan, tidak ada pengomposan.  Menangani sampah di rumah atau komunitas justru berpotensial memberikan profit materi dan non-material (gotong-royong, berorganisasi, dsb).
  4. Semua sampah tak berguna dan perlu dibuang Sebagian besar sampah dapat diolah menjadi pupuk dan didaur ulang. Seratus tahun yang lalu hampir tidak ada masalah sampah. Saat inipun sebetulnya hanya kurang lebih 20% yang benar benar menjadi sampah, bila kita mengetahui langkah-langkah pengelolaan sampah yang tepat sebetulnya 80% sampah dapat kita kelola dan menghasilkan keberkahan.
  5. Yang terbaik adalah pengelolaan pengelolaan terpusat dengan pabrik pengolahan sampah yang canggih. Pengelolaan sampah terpusat, seperti dengan konsep TPA (Tempat Pembuangan Akhir), sangat tidak efisien dan menimbulkan dampak lingkungan. Pencemaran udara serta pemborosan energi dan dana terjadi hanya untuk mengangkut sampah. Pabrik pengelolaan sampah yang mahal dapat dengan mudah digantikan dengan pengelolaan sampah skala rumah dan komunitas yang murah dan mudah.

Lembaga Penerapan Teknologi Tepat (LPTT) mengajak warga masyarakat untuk bersama-sama mengelola lingkungannya salah satunya sampah dengan menerapkan teknologi-teknologi yang mudah, murah dan sederhana yang siapapun dapat mempraktekan itu. (Hadi Zan) Info: Sekretariat Program : Jl. Sadang Tengah 1-3 Sadang Serang Kota Bandung (40134) Telepon : (022)  2501001 Fax. e-mail : lpttbandung@gmail.com http://lpttbandung.blogspot.com




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline