Lihat ke Halaman Asli

M Rizal Setiaji

Muhammad Rizal Setiaji

Mahasiswa UNDIP Memanfaatkan Daun Bambu Menjadi Pupuk Kompos

Diperbarui: 9 Juli 2022   16:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Daun bambu berserakan tanpa pemanfaatan/dokpri

Kudus (20/8). Tanaman bambu atau Bambusa sp. merupakan tanaman yang tumbuh di daerah iklim kering hingga basah, sehingga tanaman bambu banyak dijumpai di berbagai wilayah Indonesia, salah satu dari sekian wilayah ialah Desa Golantepus. Desa Golantepus merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus, Provinsi Jawa Tengah. 

Desa Golantepus terbagi dua cakupan wilayah yaitu, wilayah pemukiman dan hamparan sawah. Hamparan sawah yang memenuhi setengah dari luas desa menyebabkan mayoritas pekerjaan dari warga ialah petani. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada Senin 13 Juli 2020, setiap wilayah pemukiman di Desa Golantepus pasti ditemukan tanaman bambu. Serhingga hal ini merupakan potensi yang harus dikembangkan oleh warga Desa Golantepus.

Selama ini bagian dari tanaman bambu yang dimanfaatkan hanya pada batang dan tunas. Daun bambu yang berguguran sering kali dilupakan dan tidak dimanfaatkan, hanya dibiarkan berserakan di bawah pohon. Daun bambu memiliki kandungan phosphere (P) dan potassium (K). 

Phospore dapat berguna untuk merangsang pertumbuhan akar pada tanaman, membantu pembentukan protein tertentu, membantu asimilasi dan pernapasan, serta membantu mempercepat pembungaan dan pemasakan biji. Sedangkan potassium dapat membantu tanaman dalam membentuk protein dan karbohidrat, serta memperkuat daun dan bunga. Hal ini menunjukkan daun bambu dapat digunakan untuk campuran pupuk kompos sebagai sampah coklat.

Untuk membuat pupuk kompos, sampah coklat berupa daun bambu kering dicampur dengan sampah hijau berupa sampah nabati dari kegiatan domestik. Kemudian diletakkan dalam sebuah komposter dengan rasio sampah coklat dan sampah hijau sebesar 3:1. Setelah dimasukkan ke komposter kemudian diberi aktivator berupa larutan EM-4 atau menggunakan air cucian beras. Setelah itu tutup komposter dan diamkan di tempat yang terhindar dari air hujan, diamkan dengan kurun waktu 3-5 minggu.

Sampah domestik khususnya sampah organik menjadi sampah hijau/dokpri

Penulis : Muhammad Rizal Setiaji, 21080117130082, Tenik Lingkungan

Editor : Shary Charlotte, S.IP, M.A

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline