Menilik kembali perjalanan pemekaran daerah Kabupaten Buru Selatan yang mekar pada 21 Juli 2008, melalui UU No 32 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kabupaten Buru Selatan Di Provinsi Maluku sebagai daerah otonom baru. Masyarakat yang mendiami wilayah Selatan Pulau Buru begitu menaruh harapan di daerah yang baru mekar ini, untuk bagaimana menjawab kesejahteraan dan keluh kesah yang tak kunjung terjawab.Semula Buru Selatan yang terdiri dari 5 kecamatan yakni: Ambalau, Namrole, Waesama, Leksula dan Kepala Madan adalah bagian dari wilayah administrasi Kabupaten Buru, namun untuk memperpendek rentang kendali dan meningkatkan pelayanan dimekarkan daerah Buru Selatan dan masyarakat secara antusias dan penuh suka cita menyambut pemekaran daerah Buru Selatan. Kini Buru Selatan memiliki 6 kecamatan setelah dimekarkan Kec. Fena Fafan.
Sudah 16 tahun usia Buru Selatan, namun kesejahteraan masyarakat masih jauh dari kenyataan. Lapangan kerja masih nihil sehingga banyak pemuda yang keluar daerah (merantau) untuk mencari kerja dengan harapan memenuhi ekonomi keluarga.
Kini Buru Selatan akan kembali memilih pemimpin baru pada perhelatan pesta demokrasi (Pilkada Serentak) yang berlangsung pada 27 November 2024 mendatang. Tentu harapan bersama adalah pemimpin yg terpilih adalah orang yg menaruh perhatian besar terhadap kemajuan daerah dan diaktualisasikan dalam bentuk program-program pembangunan daerah. Kita tak ingin mencari pemimpin yang hanya membangun sensasi dikala berkepentingan, bukan juga yang menghadirkan program-program sundulan hanya untuk mencari perhatian masyarakat.
Generasi Buru Selatan meningkat pesat, namun perhatian terhadap SDM generasi masih minim. Program beasiswa pernah diluncurkan pemerintahan sebelumnya, namun itu hanya bualan karena beberapa mahasiswa yang difasilitasi/dikirim ke beberapa daerah untuk kuliah, tetapi tidak dibiayai, mereka harus berusaha sendiri, akhirnya putus dan pulang kampung.
Selain itu, progres pembangunan Kabupaten Buru Selatan stagnan, neraca ekonomi tak mengalami pertumbuhan, BUMD mengalami kebangkrutan sehingga beberapa aset tak bisa diselamatkan bahkan memiliki hutang miliaran rupiah.
Kegagalan pembangunan ini merembes ke semua sektor, pendidikan, pariwisata, sosial, budaya, perikanan dll. Pertumbuhan ekonomi mengalami inflasi karena daya beli masyarakat menurun akibat tidak tersedianya lapangan kerja.
Olehnya itu, Pilkada ini semoga menjadi pijakan baru untuk melahirkan pemimpin yang memiliki kemampuan membawa Buru Selatan bangkit dari keterpurukan, pemimpin yang visioner yang mampu membawa perubahan menuju Buru Selatan unggul dan maju, bukan pemimpin yang akan melanjutkan kembali kegagalan yang berlangsung kurun waktu 16 tahun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H