Dark Web sering kali dianggap sebagai "sisi gelap" internet yang penuh dengan kejahatan dan aktivitas ilegal. Sebagian masyarakat melihat Dark Web sebagai tempat berbahaya yang sebaiknya dihindari, dengan citra yang dipenuhi perdagangan narkoba, senjata ilegal, dan aktivitas peretas. Stereotip ini diperkuat oleh pemberitaan media yang lebih sering menyoroti kasus-kasus kejahatan yang melibatkan Dark Web. Namun, apakah semua yang ada di
Dark Web benar-benar seseram itu?
Sebagai bagian dari internet yang tidak terindeks oleh mesin pencari konvensional, Dark Web memang memberikan anonimitas yang tinggi kepada penggunanya. Hal inilah yang menjadikannya daya tarik bagi pihak-pihak yang ingin melakukan aktivitas tanpa diawasi. Namun, di balik reputasinya yang kelam, Dark Web sebenarnya juga digunakan untuk tujuan yang sah. Misalnya, jurnalis, aktivis HAM, dan whistleblower memanfaatkan platform ini untuk berkomunikasi secara aman tanpa takut terdeteksi oleh pihak berwenang di negara-negara otoriter.
Di sisi lain, masyarakat umum kurang memahami bahwa tidak semua bagian dari Dark Web berbahaya. Sebagian dari Dark Web digunakan untuk tujuan-tujuan yang etis, seperti perlindungan privasi data dan kebebasan berekspresi. Masalahnya, ketidakpahaman ini sering kali membuat Dark Web diidentikkan secara mutlak dengan dunia kriminal, tanpa melihat aspek-aspek positifnya.
Dengan demikian, penting bagi kita untuk melihat Dark Web secara lebih seimbang. Memang benar bahwa ada sisi gelapnya, namun ada pula sisi terang yang bermanfaat bagi mereka yang membutuhkan perlindungan dari sensor atau pengawasan yang ketat. Masyarakat perlu lebih memahami apa yang sebenarnya terjadi di balik Dark Web, agar tidak hanya terbawa oleh mitos yang berkembang di permukaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H