Lihat ke Halaman Asli

Rizal Mutaqin

Founder Bhumi Literasi Anak Bangsa

Mewujudkan Indonesia Emas melalui Nilai-nilai Pancasila

Diperbarui: 1 Oktober 2024   11:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: Bhumi Literasi Anak Bangsa

Tanggal 1 Oktober selalu menjadi momen refleksi bagi bangsa Indonesia untuk mengingat Hari Kesaktian Pancasila. Tema peringatan tahun 2024, "Bersama Pancasila Kita Wujudkan Indonesia Emas", membawa pesan yang kuat akan pentingnya Pancasila sebagai landasan menuju cita-cita besar Indonesia pada tahun 2045, yaitu Indonesia Emas. Menurut Direktur Bhumi Literasi Anak Bangsa, Dwi Shinta Dharmopadni, S.Kom., C.Ed., Pancasila harus terus menjadi fondasi bagi setiap langkah pembangunan bangsa, khususnya dalam mengatasi tantangan era modern dan globalisasi.

Pancasila bukan sekadar simbol atau slogan, melainkan panduan moral yang telah terbukti kuat dalam menjaga kesatuan bangsa di tengah keragaman. Dwi Shinta menekankan bahwa nilai-nilai Pancasila, mulai dari ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, hingga keadilan sosial, harus diintegrasikan ke dalam setiap aspek kehidupan. Ini termasuk dalam dunia pendidikan, ekonomi, sosial, hingga politik. Pendidikan karakter berbasis Pancasila, menurutnya, sangat penting agar generasi muda memiliki integritas, rasa nasionalisme yang tinggi, dan mampu menghadapi tantangan global.

Indonesia Emas 2045 mengacu pada masa di mana Indonesia diharapkan menjadi negara maju dengan perekonomian yang kuat, masyarakat yang sejahtera, dan kualitas sumber daya manusia yang unggul. Pancasila, dalam konteks ini, memiliki peran penting dalam membentuk generasi yang mampu beradaptasi dengan perubahan zaman, namun tetap memegang teguh identitas bangsa. "Generasi yang memahami nilai-nilai Pancasila akan lebih siap menghadapi tantangan global, seperti disrupsi teknologi, perubahan iklim, dan krisis sosial," ujar Dwi Shinta.

Dalam pandangan Dwi Shinta, tantangan terbesar saat ini adalah bagaimana menyelaraskan antara kemajuan teknologi dengan nilai-nilai moral dan etika yang terkandung dalam Pancasila. Indonesia tengah memasuki era revolusi industri 4.0, di mana teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), big data, dan Internet of Things (IoT) mendominasi berbagai sektor. Namun, kemajuan ini harus diimbangi dengan penguatan karakter bangsa agar tidak melupakan akar budaya dan identitas nasional. "Kemajuan teknologi tanpa dasar moral yang kuat bisa berdampak negatif, seperti meningkatnya hoaks, perpecahan, dan dehumanisasi," tambahnya.

Dwi Shinta juga menekankan pentingnya peran pendidikan dalam membentuk generasi Pancasila. Sistem pendidikan yang berbasis Pancasila tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga membangun karakter yang kuat. Kurikulum pendidikan harus lebih menekankan pada penanaman nilai-nilai kebangsaan, kerja sama, dan empati sosial. Generasi yang berpendidikan dan berkarakter Pancasila diharapkan mampu membawa Indonesia menjadi negara yang lebih adil, makmur, dan berdaulat.

Pancasila sebagai dasar negara juga memiliki relevansi dalam mengatasi ketimpangan sosial dan ekonomi. Tema "Bersama Pancasila Kita Wujudkan Indonesia Emas" menekankan bahwa pembangunan harus merata dan inklusif. Setiap warga negara, dari Sabang sampai Merauke, memiliki hak yang sama untuk menikmati hasil pembangunan. Prinsip keadilan sosial dalam Pancasila harus diwujudkan dalam kebijakan pemerintah yang berpihak kepada masyarakat kecil, melindungi hak-hak buruh, petani, nelayan, serta memperluas akses pendidikan dan kesehatan.

Lebih jauh, Dwi Shinta melihat Pancasila sebagai jembatan untuk memperkuat persatuan di tengah perbedaan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) yang ada di Indonesia. "Tantangan pluralisme yang dihadapi bangsa ini bisa diatasi jika setiap individu memiliki komitmen terhadap nilai persatuan yang terkandung dalam Pancasila," tegasnya. Menurutnya, toleransi dan sikap saling menghormati harus dijaga agar perpecahan tidak terjadi, terutama di era media sosial yang sering kali menjadi ladang persebaran ujaran kebencian.

Melalui Pancasila, Indonesia juga bisa menjadi negara yang berdaulat secara politik dan ekonomi. Dalam menghadapi tekanan global, Indonesia perlu menjaga kedaulatannya tanpa melupakan kerja sama internasional. Pancasila mengajarkan keseimbangan antara kepentingan nasional dan hubungan internasional. Indonesia bisa mengambil peran strategis di kancah global dengan tetap mempertahankan identitas dan prinsip Pancasila sebagai dasar politik luar negeri yang bebas aktif.

Tema peringatan Hari Kesaktian Pancasila tahun 2024 mengingatkan kita bahwa perjalanan menuju Indonesia Emas tidak bisa dicapai tanpa kesatuan visi dan komitmen bersama. Pancasila adalah kekuatan utama yang harus dijaga dan diimplementasikan dalam setiap kebijakan serta tindakan. Dwi Shinta menegaskan bahwa dengan bersandar pada Pancasila, bangsa Indonesia akan lebih siap menghadapi tantangan masa depan dan meraih cita-cita Indonesia Emas 2045.

Dengan segala tantangan dan harapan yang ada, Pancasila tetap menjadi sumber kekuatan bangsa Indonesia. Generasi muda, sebagai pewaris masa depan, harus terus diajak untuk menggali dan memahami nilai-nilai Pancasila. Hanya dengan itulah, Indonesia bisa mewujudkan visinya menjadi negara yang maju, adil, dan sejahtera pada tahun 2045.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline