Lihat ke Halaman Asli

Rizal Mutaqin

Founder Bhumi Literasi Anak Bangsa | Dewan Pengawas Sparko Indonesia

Keabadian dalam Setiap Kata

Diperbarui: 16 September 2024   00:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: Bhumi Literasi

Dalam dunia yang terus berubah, jejak-jejak pemikiran manusia sering kali memudar seiring berjalannya waktu. Namun, ada satu cara untuk mengabadikan ide dan gagasan: melalui tulisan. Rizal Mutaqin, pendiri Bhumi Literasi, dengan tegas menyatakan, "Setiap tulisan yang dihasilkan adalah langkah menuju keabadian, di mana ide dan pemikiran tidak akan hilang tergerus waktu." Ungkapan ini mengingatkan kita akan kekuatan luar biasa dari tulisan sebagai sarana pelestarian intelektual.

Tulisan bukan hanya sekadar rangkaian kata, tetapi sebuah jembatan antara generasi. Melalui karya-karya tulis, ide-ide yang dilahirkan hari ini bisa terus hidup dan menginspirasi orang-orang di masa depan. Rizal meyakini bahwa setiap penulis, baik yang berpengalaman maupun pemula, memiliki kesempatan untuk berkontribusi dalam menciptakan warisan intelektual yang abadi. Setiap kata yang ditulis, setiap kalimat yang tersusun, adalah bentuk kecil dari upaya untuk menaklukkan waktu.

Dalam Bhumi Literasi, sebuah komunitas yang Rizal dirikan, semangat ini terus dikobarkan. Komunitas tersebut tidak hanya berfokus pada pengembangan keterampilan menulis, tetapi juga pada pentingnya menulis dengan tujuan yang lebih luas. Menulis bukan hanya soal ekspresi diri, melainkan juga kontribusi terhadap pemikiran kolektif. Melalui tulisan, pemikiran seseorang bisa melintasi batas waktu dan tempat, menjangkau pembaca yang mungkin tidak akan pernah ditemui dalam kehidupan nyata.

Rizal Mutaqin memahami bahwa menulis adalah perjalanan yang panjang. Setiap penulis pasti pernah merasakan kebuntuan atau keraguan terhadap tulisannya. Namun, menurutnya, justru di situlah letak tantangannya. "Tulisan yang baik tidak selalu lahir dari inspirasi yang instan. Ada proses, ada refleksi, dan ada kerja keras," katanya. Proses inilah yang pada akhirnya membuat tulisan memiliki makna yang lebih dalam, karena setiap kata yang dipilih adalah hasil dari pemikiran yang matang.

Menulis juga adalah bentuk tanggung jawab. Ketika seseorang menulis, ia secara tidak langsung bertanggung jawab atas apa yang disampaikan kepada pembaca. Rizal mengingatkan bahwa setiap tulisan yang dihasilkan akan meninggalkan jejak, dan jejak tersebut bisa memberikan dampak yang positif atau sebaliknya. Oleh karena itu, Bhumi Literasi mendorong para penulisnya untuk selalu menulis dengan kesadaran penuh, memperhatikan etika dan tanggung jawab moral dalam setiap karya.

Selain itu, Rizal juga menekankan pentingnya kebebasan dalam menulis. Kebebasan ini bukan berarti tanpa batas, melainkan kebebasan untuk mengekspresikan ide dan pemikiran tanpa takut dihakimi. "Setiap penulis memiliki suaranya sendiri," ujarnya. Menemukan suara tersebut adalah bagian dari proses kreatif yang tak ternilai. Ketika seseorang menemukan suaranya dalam tulisan, itulah saat di mana tulisan tersebut menjadi otentik dan mampu menyentuh hati pembaca.

Melalui Bhumi Literasi, Rizal ingin menciptakan lingkungan yang mendukung para penulis untuk berkembang. Ia percaya bahwa menulis bukanlah bakat yang semata-mata dilahirkan, melainkan keterampilan yang bisa diasah. Dengan bimbingan dan dukungan yang tepat, setiap orang memiliki potensi untuk menjadi penulis yang baik. Bhumi Literasi menyediakan berbagai program dan kegiatan yang bertujuan untuk mengasah keterampilan menulis sambil terus mendorong para anggotanya untuk tetap menulis dengan penuh semangat.

Dalam setiap tulisan, terdapat upaya untuk merangkum pemikiran, perasaan, dan pengalaman. Tulisan mampu merangkum keseluruhan perjalanan hidup seseorang dan menjadikannya abadi. Ini adalah salah satu alasan mengapa Rizal Mutaqin begitu berkomitmen dalam dunia literasi. Menurutnya, menulis adalah salah satu cara paling efektif untuk memastikan bahwa apa yang kita pikirkan dan rasakan hari ini tetap bisa dinikmati oleh generasi mendatang.

Pada akhirnya, melalui tulisan, seseorang tidak hanya berkomunikasi dengan dunia saat ini, tetapi juga dengan masa depan. Setiap tulisan yang kita hasilkan hari ini bisa menjadi jendela bagi mereka yang akan datang untuk memahami siapa kita, apa yang kita pikirkan, dan bagaimana kita melihat dunia. Seperti yang diungkapkan Rizal Mutaqin, setiap tulisan adalah langkah kecil menuju keabadian, di mana ide dan pemikiran akan terus hidup meski waktu terus berlalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline