Lihat ke Halaman Asli

Rizal Mutaqin

Founder Bhumi Literasi Anak Bangsa | Dewan Pengawas Sparko Indonesia

Menjadi Orang Sadar, Esensi Kebaikan yang Sejati

Diperbarui: 25 Agustus 2024   21:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: arsip H. Amino

Pesan yang disampaikan oleh Pak Amino mengandung makna yang mendalam tentang bagaimana kita seharusnya menjalani hidup. Dalam keseharian, kita sering kali dihadapkan pada pilihan antara menjadi "orang baik" atau "orang sadar". Pada pandangan pertama, menjadi orang baik mungkin terlihat sebagai pilihan yang lebih mulia. Namun, Pak Amino mengingatkan kita bahwa menjadi orang sadar justru lebih penting karena dari kesadaran itulah kebaikan sejati akan muncul.

Orang baik sering kali diukur berdasarkan persepsi orang lain. Mereka mungkin melakukan hal-hal baik dengan tujuan mendapatkan pujian atau pengakuan. Hal ini tidak sepenuhnya salah, namun Pak Amino menekankan bahwa kebaikan yang dilakukan karena alasan ini mungkin tidak sepenuhnya tulus. Ada banyak orang yang bertindak baik bukan karena dorongan hati, melainkan karena tekanan sosial atau keinginan untuk dipandang baik oleh orang lain.

Di sisi lain, orang sadar adalah mereka yang memahami bahwa setiap tindakan baik harus dilakukan dengan penuh kesadaran dan ketulusan hati. Orang sadar tidak terikat oleh harapan-harapan eksternal atau pujian dari orang lain. Mereka melakukan kebaikan karena mereka menyadari bahwa itulah hal yang benar untuk dilakukan, bukan karena ingin dianggap baik oleh orang lain.

Kesadaran ini adalah landasan dari kebaikan yang sejati. Ketika seseorang sadar akan makna dari tindakannya, maka kebaikan yang ia lakukan akan muncul secara alami dan tulus. Tidak ada agenda tersembunyi atau motivasi lain di baliknya selain keinginan untuk melakukan hal yang benar. Inilah yang membedakan orang sadar dari orang baik yang hanya mengandalkan citra.

Menjadi orang sadar membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang diri sendiri dan lingkungan sekitar. Ini berarti memiliki kesadaran akan nilai-nilai yang kita pegang dan memahami dampak dari setiap tindakan yang kita ambil. Orang sadar tahu bahwa kebaikan sejati tidak memerlukan pengakuan dari orang lain; ia cukup dengan mengetahui bahwa ia telah melakukan yang terbaik.

Selain itu, orang sadar juga memiliki kemampuan untuk memisahkan diri dari dorongan-dorongan egois. Mereka mampu melihat melampaui kepentingan pribadi dan memprioritaskan kebaikan yang lebih besar. Dalam konteks ini, kesadaran menjadi semacam kompas moral yang membimbing seseorang dalam menjalani hidupnya.

Namun, penting juga untuk memahami bahwa menjadi orang sadar bukanlah sesuatu yang bisa dicapai dengan instan. Ini adalah proses yang membutuhkan latihan dan refleksi terus-menerus. Kita harus terus belajar untuk mengenali motivasi di balik tindakan kita dan memperbaikinya jika perlu. Hanya dengan begitu, kita bisa menjadi orang yang benar-benar sadar.

Pada akhirnya, pesan Pak Amino mengajak kita untuk merenungkan bagaimana kita menjalani hidup ini. Apakah kita ingin dikenal sebagai orang baik yang penuh pencitraan, atau sebagai orang sadar yang kebaikannya tulus dan murni? Jawaban dari pertanyaan ini akan menentukan arah hidup kita dan bagaimana kita berinteraksi dengan dunia di sekitar kita.

Pesan ini juga mengingatkan kita bahwa kebaikan yang sejati tidak bisa diukur dari pandangan orang lain, tetapi dari kesadaran dan ketulusan yang kita miliki dalam hati kita. Jadi, marilah kita berusaha menjadi orang yang sadar, karena dari kesadaran itulah kebaikan yang sejati akan muncul tanpa perlu diatur atau dipaksakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline