Lihat ke Halaman Asli

Rizal Mutaqin

Founder Bhumi Literasi Anak Bangsa | Dewan Pengawas Sparko Indonesia

Penulis yang Tidak Menulis

Diperbarui: 16 Juli 2024   13:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: Kompas.com

Di sebuah kota kecil yang tenang, hiduplah seorang penulis terkenal bernama Bhumi. Ia dikenal karena karya-karyanya yang penuh makna dan menyentuh hati. Setiap kali Bhumi meluncurkan sebuah buku, buku tersebut selalu menjadi best-seller. Namun, sejak beberapa bulan terakhir, Bhumi tidak menulis satu kata pun. Papan tulisnya yang dulu selalu dipenuhi catatan, kini hanya dipenuhi debu.

Hari demi hari berlalu, dan Bhumi semakin sering terjebak dalam rutinitas harian yang monoton. Ia pergi ke kafe, membaca koran, dan menonton televisi, namun tidak pernah merasa terinspirasi untuk menulis. Sahabat-sahabatnya mulai khawatir, tetapi Bhumi selalu menjawab dengan senyuman dingin, mengatakan bahwa ia hanya sedang berada dalam masa "liburan kreatif."

Suatu hari, ketika Bhumi berjalan di taman kota, ia melihat seorang anak kecil yang tengah bermain dengan kertas dan pensil. Anak itu menggambar gambar-gambar sederhana, tetapi terlihat sangat gembira. Tanpa sengaja, Bhumi mendekat dan melihat gambar-gambar itu. Ada gambar-gambar yang lucu dan penuh warna, yang membuatnya teringat pada masa kecilnya sendiri ketika ia dulu menggambar dan menulis dengan penuh semangat.

Bhumi merasa tersentuh dan memutuskan untuk mengajak anak itu berbicara. Mereka berbicara tentang gambar dan cerita yang dikandungnya, dan Bhumi merasakan kembali kilasan-kilasan inspirasi yang pernah ada dalam dirinya. Anak itu, dengan polosnya, berkata, "Saya menggambar karena saya suka, bukan karena saya harus."

Hari-hari berikutnya, Bhumi mulai menulis kembali, tetapi dengan cara yang berbeda. Ia menulis tanpa memikirkan tekanan atau ekspektasi dari luar. Ia menulis dengan sepenuh hati, mengikuti aliran inspirasi yang datang dari dalam dirinya sendiri. Setiap hari, ia menceritakan kisah-kisah sederhana tetapi penuh makna, yang berasal dari pengalamannya dan juga dari pengamatan terhadap kehidupan sehari-hari.

Bhumi merasa seperti menemukan kembali jati dirinya sebagai penulis. Ia tidak lagi terjebak dalam rutinitas menulis yang monoton, tetapi mulai menikmati setiap proses kreatif. Setiap tulisan yang dihasilkannya kini penuh dengan warna dan kehidupan, seperti gambar-gambar anak kecil di taman.

Suatu ketika, Bhumi menghadiri sebuah acara peluncuran buku. Saat ia berbicara di depan audiens, ia berbagi tentang perjalanan kreatifnya dan bagaimana ia telah belajar untuk menulis dengan cara yang lebih jujur dan autentik. Para hadirin mendengarkan dengan penuh perhatian, dan banyak yang merasa terinspirasi oleh cerita Bhumi.

Di akhir acara, seseorang mendekati Bhumi dan berterima kasih atas inspirasi yang telah diberikan. Bhumi tersenyum dan menyadari bahwa perjalanan kreatifnya bukan hanya tentang menulis, tetapi juga tentang berbagi pengalaman dan menghubungkan dengan orang lain. Ia merasa puas dan bahagia karena telah kembali menemukan kegembiraan dalam menulis.

Kehidupan Bhumi kini penuh dengan warna. Ia terus menulis, tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk berbagi dengan dunia. Setiap kata yang ditulisnya kini penuh dengan makna dan kehangatan, mencerminkan perjalanan pribadinya dari seorang penulis yang tidak menulis menjadi seorang penulis yang penuh gairah dan cinta terhadap karya-karyanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline