Saat larut malam, Ruang Perseroan menjadi sunyi. Kursi-kursi kosong, terbentang dalam kegelapan yang hanya disinari oleh cahaya kecil dari layar laptop. Sore itu, aku harus menyelesaikan proyek besar yang mendesak. Namun, keheningan itu terasa berbeda kali ini, ada sesuatu yang tak terdefinisikan yang menggelayuti ruangan.
Tanganku gemetar ketika mendengar suara langkah di lantai yang seharusnya kosong. Sontak, aku menoleh ke belakang, namun tak ada yang terlihat. Rasa cemas itu semakin menguat saat aku merasa hawa dingin yang tak wajar mengelilingi tempat kerjaku.
Layar laptopku berkedip-kedip tanpa alasan yang jelas. Aku mencoba untuk tidak terganggu, tetapi tiba-tiba sebuah pesan muncul di layar tanpa disentuh siapapun. 'Aku selalu di sini.' Kata-kata itu membuat bulu kudukku merinding.
Keringat dingin menetes di pelipisku saat suara gemuruh datang dari ruang rapat di ujung lorong. Entah dari mana, cahaya redup mulai bersinar dari sana. Aku tak berani mendekat, namun ketakutan yang menghantui justru semakin menguat.
Tak ada orang lain di kantor, tapi ada bayangan di sudut ruangan yang tak kunjung bergerak. Itu terlihat seperti seseorang, tetapi tubuhnya tak berwujud. Aku mencoba menyingkirkan pikiran aneh itu dan terus fokus pada pekerjaanku, tapi kehadirannya membuat setiap helaan napas terasa semakin berat.
Lampu-lampu yang seharusnya padam, tiba-tiba menyala dengan sendirinya. Aku merasa seperti diperhatikan oleh sesuatu yang tak kasat mata. Bahkan langkahku terasa terdengar begitu nyaring di ruangan yang seharusnya hening. Aku tak tahu lagi harus berbuat apa.
Dengan gemetar, aku memutuskan untuk mengetik pesan: 'Siapa kamu?' dalam laptop. Balasan muncul dengan cepat, 'Aku adalah bagian dari kantor ini yang tak pernah pergi.' Hatiku berdegup kencang, tapi aku harus menghadapi ketakutanku.
Ketika jam menunjukkan pukul tiga dini hari, semua terasa semakin nyata. Aku melangkah perlahan menuju pintu keluar, tetapi seolah ada yang mencegahku untuk pergi. Bayangan itu semakin dekat, dan perlahan bentuknya menjadi terlihat---wajah pucat dengan mata yang kosong.
Aku lari secepat mungkin, meninggalkan semua barang di kantor. Hingga kini, aku tak bisa melupakan malam itu, dan setiap kali lembur di kantor, aku selalu merasa ada yang menemaniku---bayangan itu, yang tak pernah beranjak dari sana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H