Di ujung jalan kota yang sepi berdiri sebuah gedung kosong. Bangunannya tua, dikelilingi oleh semak belukar liar yang membingungkan mata. Tak seorang pun tahu cerita di balik gedung itu. Beberapa mengatakan itu dulunya adalah panti jompo yang ditinggalkan, sementara yang lain berspekulasi bahwa itu pernah menjadi rumah sakit jiwa. Namun, kebenaran yang sebenarnya terpendam dalam diamnya.
Suatu malam, seorang gadis bernama Maya menggali keberaniannya untuk memasuki gedung itu. Ia tertarik dengan misteri yang mengelilingi tempat tersebut. Begitu memasuki pintu, kesunyian yang mencekam seolah menyambutnya. Suasana yang gelap membuat bulu kuduknya merinding.
Tak lama kemudian, terdengar suara langkah kaki di lorong yang gelap. Maya merasa detak jantungnya semakin cepat. Namun, saat ia menoleh, tak ada seorang pun di sana. Ketakutan mulai merayap dalam dirinya.
Maya menjelajahi setiap sudut gedung itu, mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di sana. Ruangan demi ruangan, ia merasakan kehadiran yang tak terlihat, suara gemerincing seperti bel yang mengganggu pendengarannya.
Ketika ia memasuki sebuah ruangan di lantai atas, sebuah bayangan melayang-layang di depan matanya. Bentuknya kabur, tetapi cukup untuk membuatnya berdecak ngeri. Ia berusaha keluar dari gedung, namun pintu yang tadi terbuka, kini terkunci rapat.
Ketakutan Maya semakin mendalam saat ia mendengar suara teriakan dan ratapan yang tak kasat mata. Setiap langkahnya terasa diikuti oleh sesuatu yang tidak terlihat. Ia berusaha menenangkan diri dan mencari cara untuk keluar.
Tiba-tiba, ia menemukan sebuah ruangan tersembunyi di sudut gedung itu. Di sana, terdapat buku harian tua dan sebuah gambar keluarga. Dari catatan di buku itu, Maya mulai mengerti bahwa gedung itu dulunya adalah rumah sakit jiwa yang ditinggalkan.
Sementara ia membaca catatan itu, sesosok bayangan muncul di belakangnya. Maya menoleh, namun hanya mendapati keheningan yang menakutkan. Ia menghela nafas lega saat pintu ruangan itu terbuka dengan sendirinya.
Maya segera berlari keluar, membawa buku harian itu sebagai bukti perjalanan misteriusnya. Begitu ia keluar dari gedung itu, ia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak pernah melangkah ke sana lagi. Kini, cerita tentang gedung kosong itu menjadi kisah yang selalu menghantui pikirannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H