Lihat ke Halaman Asli

Rizal Mutaqin

Founder Bhumi Literasi Anak Bangsa

Ritme Hujan di Sudut Kopi

Diperbarui: 16 November 2023   09:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. iStock

Malam itu, kota terhampar dalam bisu hujan deras yang turun dengan gemuruh lembut. Jalanan yang biasanya ramai dengan kegiatan sehari-hari kini lengang, hanya dihiasi oleh titik-titik air yang menari-nari di setiap sudut. Di sebuah kafe kecil yang tersembunyi di antara gedung-gedung tinggi, seorang pria duduk di sudut jendela dengan secangkir kopi hangat di tangan dan sebatang rokok di meja.

Namanya Dika, seorang penyair yang gemar menyelami kata-kata di malam yang sepi. Setiap tetes hujan yang jatuh di jendela kafe seolah-olah memainkan lagu-lagu kenangan yang terpendam dalam hatinya. Di sampingnya, asap rokoknya bergulung-gulung menyatu dengan percikan-percikan air hujan di luar.

Dika tidak sendirian. Di sebelahnya, seorang wanita muda dengan payung transparan duduk dengan senyum tipis di wajahnya. Nama wanita itu Anisa, seorang seniman yang menyukai senja dan aroma kopi. Mereka sering bertemu di kafe ini, menemukan kehangatan di antara hujan yang menderas.

"Malam ini sangat indah, bukan?" ujar Anisa, suaranya sehalus tetes hujan di atap kafe.

Dika mengangguk, matanya terpaku pada jendela yang memberikan pemandangan kota yang diselimuti embun. "Indah sekali, seperti puisi yang belum terucap."

Keduanya terdiam sejenak, membiarkan hujan yang terus turun menjadi saksi kesunyian yang indah. Mereka berbagi cerita-cerita kecil tentang mimpi, kecintaan pada seni, dan kenangan-kenangan yang terukir di antara setiap jatuhnya tetes hujan.

Pada akhirnya, kopi dan rokok mereka habis, tapi cerita mereka belum selesai. Dika dan Anisa meninggalkan kafe dengan langkah hati-hati di bawah payung transparan. Hujan deras masih menyapa mereka di luar, tetapi kini dengan langkah mereka yang melangkah bersama, hujan itu menjadi serangkaian puisi yang hidup di setiap jejak perjalanan mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline