Beberapa kalangan baik sipil dan militer membicarakan bahaya proxy war atau perang pemikiran. Namun sayangnya, semua itu membicarakan potensi bahayanya saja tidak memberikan solusi apa yang harus dilakukan bangsa Indonesia dalam menghadapi perang tersebut.
Membangun Peradaban
gambar: Merahputih.com
Di acara diskusi "Tokoh Bicara 98" di AD Primer, Budayawan Ridwan Saidi menyebutkan, saat ini calon Presiden RI nomor urut 02 Prabowo Subianto harus bisa meyakinkan rakyat untuk membangun peradaban. "Dari peradaban itulah kita akan melakukan pembangunan," ungkap Ridwan.
Dalam lintasan perjalanan sejarah bangsa Indonesia memang, negeri ini dibangun dengan konsepsi lain daripada negera lainnya.
Artinya, negeri ini memiliki keunikan sendiri, yakni dibangun dari Bangsa terlebih dahulu baru kemudian negara ditetapkan.
Bangsa dilahirkan pada tanggal 28 Oktober 1928 ketika Sumpah Pemuda di deklarasikan. Lalu pada 18 Agustus 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ditetapkan. Dengan disahkannya UUD 1945 naskah asli.
Padahal, pada tahun 1928, berbagai peristiwa telah terjadi. Sebut saja Revolusi Bolshevik pada 7 November 1917 atau 25 Oktober menurut kalender Rusia lama.
Lalu Revolusi Perancis pada 1789--1799 dan terbentuknya Negara Amerika Serikat pada 4 Juli 1776.
Ketiga peristiwa ini menunjukan, adanya permintaan perubahan peradaban dari kepemimpinan Bangsawan bersama para Cendikiawan dan Agamawan menjadi kepemimpinan Kekuatan Politik.
Inilah yang kita kenal dengan peradaban Demokrasi atau Modern Filosofi. Dengan ciri yang sangat jelas yakni, Negara Dahulu Lahir baru Bangsa Ditetapkan.