Lihat ke Halaman Asli

Rizal Hidayat

mahasiswa

Tabir di Balik Kekuasaan

Diperbarui: 24 Oktober 2024   11:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

galeriku.com

 TABIR KEKUASAAN:MELANGGENGKAN  KEGIATAN PRODUKSI DENGAN MELEGITIMASI KEKUASAAN

 

             

Negara adalah sebuah relasi antara kaum kelas atas dan kaum kelas bawah,dalam hal ini kelas atas menciptakan sebuah alat untuk melanggengkan setiap kegiatan-kegiatan produksinya tanpa adanya gangguan dari pihak manapun.inilah tabir di balik kekuasaan.                                                                                                                                                                        

Pada awal abad 16 terjadi Gerakan revolusi yang di namai dengan Gerakan pencerahan Dimana kedaulatan kebenaran yang bersumber dari otoritas gereja ingin di hapuskan,maka muncullah gagasan yang ingin memisahkan agama dari negara yang di tuntut oleh para pemikir liberal,pada masa itulah agama mulai melemah karena hanya di jadikan lahan bisnis dalam melegitimasi sebuah kebenaran.

Menurut Thomas hobbes(1588-1679) negara muncul atas dasar kekacauan yang terjadi antara masyarakat maka di perlukan satu kekuatan besar untuk mengakomodir kepentingan-kepentingan itu dengan syarat menyerahkan haknya kepada raja(negara) untuk  menindaki kekacauan ini,namun menurut john locke(1632-1704) negara tidak bisa mewakili setiap kepentingan Masyarakat karna setiap manusia memiliki kebebasan dalam menentukan sesuatu tanpa tergantung dari kehendak orang lain (Masyarakat ideal)menurut john locke.bagi locke negara hadir untuk melindungi 3 hak Masyarakat yaitu hak kehidupan,hak kemerdekaan,dan hak atas milik pribadi,begitu pula pandangan marxisme mengatakan bahwa hadirnya negara hanya semata-mata untuk melanggengkan kegiatan-kegiatan produksi dengan melegitimasi kekusasaan atas Masyarakat kelas bawah.

Akhir-akhir ini banyak terjadi dalam lingkup Masyarakat Indonesia momentum pemilihan kepala daerah (pilkada) sebuah pesta demokrasi dengan di warnai kegembiraan romantika dalam menyambut sebuah kekuasaan baru.namun ada part paling ambigu dalam hal ini Dimana secara masyarakat ideal mempersoalkan apakah figure ini ideal dalam memimpin kedepannya atau sebenarnya hanya ingin melegitimasi sebuah kekuasaan baru hanya untuk melanggengkan kegiatan ekonomi  semata agar kegiatan produksinya mutlak dan bertahan lama. 

Yang secara mereka lahir dari kegiatan-kegiatan produksi yang mampu menkooptasi Masyarakat dengan cara-cara kuno yang terlalu vulgar yang bukan hanya pikiran melainkan hati terbelenggu .dimana untuk menutupi kekurangan dalam bidang pengetahuan dan intelektualitas di tampilkanlah sebuah wajah sebagai tameng untuk menutupi itu.

Masyarakat politis  yang tidak di hidupkan dengan kegiatan dialegtika akan menimbulkan kekuasaan yang semena-mena dalam menetapkan  dan mengambil Keputusan apapun,mengutip pikiran dari john locke bahwa manusia secara alamiah tidak bisa di wakili dalam memutuskan sesuatu.untuk menghindari kekeliruan individu dalam penyelewengan kekebasannya maka Pengetahuanlah menjadi kunci utama agar terhindar dari hal-hal demikian karna kesadaran nalar dan kepekaan hatilah yang menjadi kunci utama.agar menjadi control sekaligus balancing kekuasaan maka seyogyanya perbenturan pikiranlah yang di kedepankan.apalagi mereka yang "mengaku" intelek tetapi kaki,tangan dan pikiran di belenggu oleh perintah tuhan kedua dan bahkan menjadi otak dari Gerakan-gerakan sentiment klasik Masyarakat kita dalam menyambut pesta demokrasi. Sungguh anomali yang membuat nalar akan tenggelem dalam lautan kegelapan........ 12ivall

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline