Lihat ke Halaman Asli

rizal fdl

Mahasiswa

Kakek yang Berjuang Hidup Seorang Diri di Kota Lain dengan Kaki yang Pincang

Diperbarui: 10 Januari 2024   02:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

my camera

Pada suatu hari dihari jumat yang cerah, saya bersama 5 teman saya bergegas untuk berbelanja bahan masakan ke pasar bersama sama, setelah berbelanja kami langsung lanjut memasak di kediaman salah satu teman kami di sekitaran Tegalega kota Bandung, setelah masak beres, kami membungkus hasil masakan kami yang nantinya akan disebar untuk dibagikan kepada orang orang yang membutuhkan dijalanan kota Bandung. Setelah seluruh makanan siap untuk dibagikan kami berisitirahat sebentar dan langsung mulai mengelilingi kota Bandung untuk menyebarkan hasil masakan kami kepada orang orang yang kami rasa membutuhkan makanan dijalan, seperti gelandangan, oranh gila, pemulung, dan lain lain.
Kami cukup senang karena banyak menerima respon positif dan ucapan terimakasih dari para penerima nasi yang kita berikan, walau ada beberapa oranv yang menerimanya dengan cuek dan acuh, tapi kami tidak keberatan dan tetap merasa ikhlas karena memang niat dari awal hanya ingin berbuat kebaikan di hari jumat yang mulia ini.

Pada saat saya memberikan salah satu makanan yang telah saya sediakan dengan airnya kepada seorang kakek kakek yang sedang di trotoar jalan Otto Iskandar Dinatta atau biasa disebut dengan jalan Otista, saat itu saya memberikan makanan sama seperti saat saya memberi makanan kepada yang lainnya akan tapi, pada saat kakek tersebut mulai tau kalau dirinya akan diberi makan oleh saya, kakek tersebut mulai berkaca kaca dan mengucapkan terimakasih dengan nada ucapan yang pelan yang mungkin karena badannya yg lemas, dia hanya mengucapkan "terimakasih, terimakasih banyak" sambil mulai meneteskan air mata dan membuat nadanya semakin pelan. Karena saya kaget dan takut, pada saat itu saya cuma membalas "iya kek sama sama" dan langsung bergegas kembali melanjutkan perjalanan keliling untuk menyebarkan makanan yang masih ada.

Sekitar jam 5 sore kita selesai menyebarkan makanan kurang lebih 50-60 pack bungkus nasi kepada orang orang yang membutuhkan di sekitaran kota Bandung. Kami  pun berpamitan untuk kembali pulang ke rumah masing masing, sambil berpamitan kami juga merencanakan untuk kembali mengulang kegiatan yang sama seperti hari ini yaitu membagikan makan kepada orang orang yang membutuhkan disekitaran kota Bandung, walau kita belum tau kapan kami akan kembali melakukannya.

Sesampainya dirumah saya mulai kefikiran dan merasa bersalah karena mendiamkan kakek yang menangis tadi dengan alasan kalau saya memang kaget dan panik.

Setelah 2 hari berlalu, suatu hari saya disuruh oleh ibu saya untuk membeli buah yang ada di sepanjang jalan Otista, saya diperintahkan untuk membeli satu kilo buah jeruk. Setelah beli dan ingin pulang, saya tidak sengaja melihat kakek yang menangis yang saya temui di jumat kemarin. Setelah berfikir sejenak, saya akhirnya mendatangi kakek tersebut dan memberinya 1 buah jeruk, kakek tersebut ternyata langsung mengenali saya dan akhirnya kami mulai mengobrol.

Kakek yang ternyata berumur 76 tahun tersebut bercerita bahwa ternyata saat jumat tersebut dirinya belum makan 1 hari karena dirinya sedang sakit dan sangat tidak kuat untuk memulung sampah plastik yang nantinya dijual untuk mendapatkan uang. Dirinya juga mengaku kalau dirinya sangat tidak kuat untuk berdiri hingga dirinya tidak jumatan yang sebenarnya berpotensi untuk mendapatkan nasi kotak dari masjid ujarnya, kakek tersebut menyatakan terimakasih kepada saya karena saat itu dirinya benar benar lapar hingga akhirnya saya dan teman teman saya hadir memberi makanan.

Dirinya juga berbicara kalau dirinya belum makan karena belum menukarkan hasil kerja dia sejak subuh tadi, dan ini sedang beristirahat sebelum
kembali melanjutkan perjalanan yang sebentar lagi akan sampai. Mendengar cerita kakek tersebut saya langsung memberikan 1 kilo jeruk yang saya kasih dan bergegas kembali pulang untuk mengambil dompet dan kembali lagi untuk memberi sedikit uang dan membeli jeruk pesanan ibu saya, kakek tersebut lagi lagi menangis dan berterimakasih sambil mendoakan saya, kakek tersebut juga menambahkan bahwa ini merupakan jawaban dari doa doa dia selama ini kepada Allah, dan saya adalah orang yang diutus oleh Allah untuk memberi pertolongan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline