Lihat ke Halaman Asli

Ngapain Sekolah dan Untuk Apa?

Diperbarui: 28 November 2018   23:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Seorang ibu bertanya kepada anaknya "apa yang kamu pelajari di sekolah hari ini?"

Anak itu berkata "tak banyak"

Fakta yang sedang tarjadi pada anak itu adalah, dia yang sudah lupa tentang pelajaran yang telah dipelajari. Hal ini bukan hanya terjadi pada anak itu, bahkan jutaan siswa akan mengatakan hal yang serupa.

Masalah yang seperti ini perlu adanya tindak lanjutan dari seorang guru bahkan sekolah sekalipun, bahwa tak banyak dari siswa yang mampu mengingat pelajaran yang telah berlangsung, bahkan seorang guru pun tak sadar bahwa banyaknya siswa yang menghindari kontak mata dengan guru agar mereka tidak selalu ditunjuk untuk maju, dan banyaknya siswa yang malu untuk mengangkat tangannya karena takut jawabannya salah dan ditertawakan. Hal tersebut membuktikan bahwa sekolah bukanlah lingkungan untuk belajar atau membangun kecerdasan. 

Sebenarnya sekolah itu untuk apa? permasalahan lainnya, para siswa yang cenderung mendapatkan esai tambahan, kemudian latihan membaca 150 halaman, menjawab soal-soal yang terdapat disetiap halaman tersebut, dan mendapatkan beberapa tugas sekolah setiap minggunya. 

Para siswa cenderung mendapatkan begitu banyak pekerjaan, akan tetapi para guru tidak mengajarkan tentang bagaimana caranya memanajemen waktu dengan baik untuk mengahadapi tugas tersebut. Hal yang seperti ini akan menjadi masalah yang sangat besar apa bila seorang guru bahkan sekolah sekalipun tidak mau melakukan perubahan tentang system yang sedang diterapkan di sekolahan tersebut.

System sekolah yang cenderung menerapkan duduk diam di bangku kelas, mengangkat tangan jika ingin bicara, dan memaksa murid untuk mendapatkan nilai A. Penerapan dengan model seperti itu akan mengakibatkan siswa yang dengan tingkat kemahiran yang berbeda, tingkat pemikiran yang tak sama, mmpunyai cara belajar yang bermacam-macam, merasa bahwa dirinya tak berguna di kelas. 

Ada banyak kasus tentang siswa yang ketika pelajaran berlangsung tidak pernah mengangkat tangannya dan dia merasa bahwa dirinya gagal di kelasnya, padahal jika ditelusuri siswa tersebut memiliki bakat yang amat besar dan tersembunyi. Hal yang ditakuti ialah siswa tersebut tak pernah dianggap di kelas dan dirinya hanya dinilai dengan nilainya, karena guru yang cenderung memperhatikan bagi siswa yang mengangkat tangannya saja. Tragis bukan?

Bagaikan ikan kecil dilautan luas, berenang melawan arus di kelas untuk menjadi yang terbaik? Tidak menemukan bakat, mereka merasa bahwa dirinya bodoh, dan percaya bahwa mereka tidak ada gunanya dikelas.

Jika kita kaitkan seorang dokter yang cenderung menyamaratakan semua obat untuk orang yang berbeda penyakit tentu hasilnya akan sangat mengenaskan. Hal ini juga serupa dengan seorang guru, berdiri dihadapan siswanya, yang mana masing-masing siswa tersebut memiliki pola pikir yang beragam, dan seorang guru mengajarkan mereka hal yang sama dengan cara yang sama, tentu hasilnya amat sangat begitu menakutkan.

Mari kita ubah permasalahan yang kerap dianggap sepele seperti kecenderungan seorang guru untuk tidak mengajarkan dengan cara yang sama bagaikan satu cetakan kue, satu ukuran untuk semua orang. Dan juga, tidak hanya memberi beban tugas akan tetapi mengajarkan cara untuk memanajemen waktu yang baik dan benar. Dan yang terpenting adalah mengajarkan mereka agar mampu berfikir kreatif, inovatif, kritis dan mandiri.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline