Provokasi dan Adu domba! Mungkin itulah yang kini sedang dialami oleh kawan-kawan kita yang kemarin menggelar aksi #SaveBabi didepan Kantor DPRD Sumatera Utara. Sudah terbaca dari awal, aksi ini sejatinya hanyalah alasan yang dibuat-dibuat untuk mencari-cari kesalahan Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi. Namun sayangnya, isu dan wacana aksi yang disuarakan oleh massa rupanya berasal dari informasi hoaks, yang mana sudah dikonfirmasi langsung oleh website resmi Kominfo sebagai "Disinformasi" (silakan cek https://www.kominfo.go.id/content/detail/23902/disinformasi-gubernur-edy-rahmayadi-musnahkan-babi-di-sumatera-utara/0/laporan_isu_hoaks).
Dalam konfirmasi Kominfo tersebut sangat jelas sekali, tak ada satupun informasi ataupun statement Gubsu Edy Rahmayadi ingin memusnahkan semua babi di Sumut, yang benar adalah Gubsu hanya berencana (sekali lagi masih rencana) ingin memusnahkan babi-babi yang terjangkit penyakit Hog Cholera atau Flu Babi, catat ya, hanya babi-babi yang terkena penyakit Hog Cholera. Tujuannya jelas, yaitu untuk memutus rantai penularan virus Hog Cholera ke babi-babi lainnya.
Tapi tetap, ada saja pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dan bermotif politis sengaja memancing provokasi dengan menyebarkan berita hoaks tersebut. Sayangnya, saudara-saudara kita masyarakat etnis tertentu terprovokasi, sehingga terjadilah aksi tersebut. Lantas, apa yang mereka dapat dari aksi tersebut? Jika memang target mereka untuk menghentikan pemusnahan babi sebagaimana info hoaks yang mereka terima, maka aksi kemarin sebenarnya hanya sia-sia, karena toh pemusnahan itu memang tidak akan terjadi, ya karena memang itu berita bohong.
Ada Motif Politik dan Permainan Buzzer Menunggangi Aksi #SaveBabi
Jika kita mengamati perkembangan sosial media, khususnya Twitter, bagi mereka yang paham atau bahasa kasarnya "waras" pasti akan sangat mudah membaca adanya nuansa politis pada aksi #SaveBabi kemarin, walaupun massa aksi mungkin akan membantah itu, meskipun nyatanya memang demikian.
Cara membacanya sangat mudah sekali, pertama, aksi ini berasal dari informasi hoaks, yang mungkin saja disetting oleh orang-orang yang berkepentingan untuk menjatuhkan reputasi Gubsu Edy Rahmayadi. Kemudian yang kedua, isu hoaks tersebut berhasil memprovokasi masyarakat, sehingga terjadilah aksi #SaveBabi itu tadi. Dan puncaknya, aksi tersebut kemudian digoreng dengan sangat profesional oleh para buzzer, yang sebagian besar dari akun-akun bot dan influencer.
Kita yang paham dalam dunia sosial media pasti tidak asing dengan sosok Yusuf Muhammad aka Yusuf Dum Dum, salah satu influencer sosial media asal Jakarta, termasuk pemain nasional lah dalam dunia per"buzzer"an. Emang siapa dia kok bisa-bisanya mencampuri urusan di Sumatera Utara? Sementara dia aslinya berdomisili di Jakarta. Apa mungkin, seorang Yusuf Dum Dum rela menghabiskan energinya membuat trending topic twitter demi isu #SaveBabi ini tanpa ada kepentingan tertentu?
Perlu kita pahami, nama Edy Rahmayadi kini semakin berkibar, bahkan banyak netizen yang menyandingkan nama Edy ini dengan sosok Gubernur Jakarta Anies Baswedan. Popularitas Edy secara politis seperti ini pastinya menjadi ancaman bagi mereka di Jakarta, mungkin juga bagi Yusuf Dum Dum, yang kita tahu sendirilah dia berpihaknya kemana. Dalam tweet-tweetnya, dia juga sangat rutin menyerang Anies Baswedan, sosok yang kini tengah berkibar sebagai Capres 2024. Dari sini saja sebenarnya mudah membaca motifnya.
Namun sayangnya, saudara-saudara kita masyarakat yang berternak babi tidak menyadari hal ini. Kita mungkin memaklumi karena ini menyangkut mata pencaharian mereka sebagai peternak babi dan juga berkaitan dengan adat yang mungkin sangat lekat dengan makanan-makanan berbahan babi, itu bisa dipahami. Kami sebenarnya sangat berharap, provokasi ini juga disadari oleh mereka sebagai bagian dari intrik politik yang justru memecah belah kerukunan kita sebagai warga Sumut. Kita di Sumut ini bertahun-tahun hidup dalam kedamaian, sangat rukun dan majemuk, jadi marilah kita bijak dalam menerima informasi, jangan gampang terpecah belah oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab.
Akhirnya, aksi itupun saya nilai sia-sia, karena tanpa aksi itupun, pemusnahan babi-babi itu sejatinya tidak ada, jadi apa yang mau dituntut lagi? Dan terbukti kan, ujung-ujungnya ternyata itu hanya hoaks. Maka bisa saya simpulkan, aksi kemarin ya gagal total.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H