Lihat ke Halaman Asli

Rizal Ainurrozaq

Mahasiswa S1 Fakultas Peternakan UB

Pendirian Bank Kotoran Sapi Perah Langkah Inovatif KKN Doktor Mengabdi UB Dalam atasi Limbah Peternakan di KUD SUMBER MAKMUR Ngantang

Diperbarui: 9 Agustus 2024   20:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Penulis

Ngantang, 22 Juni 2024 – Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (UB) melalui program KKN Doktor Mengabdi meluncurkan sebuah inisiatif berkelanjutan untuk mengatasi permasalahan limbah peternakan sapi perah di wilayah Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang. Inisiatif ini diwujudkan dalam bentuk pendirian Bank Kotoran Sapi Perah yang akan digunakan sebagai pusat produksi pupuk kompos. Program ini bertujuan tidak hanya untuk mengurangi dampak negatif limbah peternakan terhadap lingkungan, tetapi juga untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan pupuk organik yang bernilai tinggi.

Sebagai salah satu wilayah dengan populasi sapi perah yang cukup besar, Kecamatan Ngantang selama ini menghadapi masalah serius dalam pengelolaan limbah peternakan. Kotoran sapi yang dihasilkan sering kali tidak diolah dengan baik, sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap, pencemaran lingkungan, dan masalah kesehatan bagi penduduk setempat. Menanggapi kondisi ini, tim KKN Doktor Mengabdi UB bekerja sama dengan Dairy Development Sharing Program (DDSP) dari KUD Sumber Makmur untuk mengembangkan metode pengelolaan limbah yang inovatif dan ramah lingkungan.

Dokumentasi Penulis

Proses pengolahan kotoran sapi menjadi pupuk kompos ini melibatkan beberapa bahan pendukung, seperti Microbacter Alfaafa 11 (MA-11), molases, jerami chopper, serbuk grajen kayu, dan NPK. MA-11 berperan sebagai super dekomposer mikroba yang mempercepat proses penguraian bahan organik dalam kotoran sapi. Proses ini diawasi ketat oleh tim KKN-DM, yang secara rutin melakukan pengecekan dan pencatatan suhu kompos untuk memastikan proses dekomposisi berjalan dengan optimal. Suhu kompos dijaga agar stabil di kisaran 40°C. Jika suhu mencapai 80°C, tim melakukan pengadukan untuk menurunkan suhu dan menjaga kualitas pupuk.

Selain pengelolaan limbah, pendirian Bank Kotoran Sapi Perah ini juga bertujuan untuk memberdayakan peternak setempat. Dengan demikian, mereka tidak hanya mendapatkan manfaat ekonomi langsung dari penjualan pupuk kompos, tetapi juga memperoleh keterampilan baru yang dapat diterapkan di bidang pertanian maupun industri lainnya.Keberhasilan program ini diharapkan dapat menjadi model bagi daerah lain yang menghadapi tantangan serupa dalam pengelolaan limbah peternakan. Dengan pendekatan yang sistematis dan berbasis pada pemberdayaan peternak daerah, program ini mampu menawarkan solusi yang tidak hanya efektif dalam mengurangi dampak lingkungan, tetapi juga berkelanjutan dalam jangka panjang. Pupuk kompos yang dihasilkan dari bank kotoran sapi ini memiliki kualitas yang baik untuk digunakan dalam pertanian yang akan meningkatkan produktivitas tanaman dan kualitas hasil panen.

Dokumentasi Penulis

Selain itu, dengan pengurangan emisi gas metana yang biasanya dihasilkan oleh limbah kotoran sapi yang tidak dikelola dengan baik, program ini juga berkontribusi pada upaya global dalam mitigasi perubahan iklim. Pengurangan emisi gas rumah kaca melalui pengelolaan limbah organik ini menjadi salah satu nilai tambah dari program KKN Doktor Mengabdi UB, yang tidak hanya berfokus pada penyelesaian masalah lokal tetapi juga memikirkan dampak global.

Program KKN Doktor Mengabdi ini akan berlangsung hingga 19 Juli 2024, memberikan waktu yang cukup bagi tim untuk memastikan bahwa proses produksi pupuk kompos berjalan lancar dan dapat diadopsi oleh masyarakat secara mandiri setelah program berakhir. Harapannya, Bank Kotoran Sapi Perah ini akan terus beroperasi sebagai pusat pengelolaan limbah dan produksi pupuk kompos yang dapat diandalkan oleh peternak dan petani di Ngantang serta sekitarnya, menciptakan lingkaran ekonomi yang berkelanjutan dan mendukung keberlanjutan lingkungan di wilayah tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline