Amerika sampai saat ini belum mau gunakan kekuatan daratnya untuk menyerang isis, meskipun ada wancana Amerika akan melakukan serangan darat, tapi hal tersebut belum lah jelas persisnya. Sampai sejauh ini untuk menyerang isis Amerika masih setia menggunakan kekuatan udara, dan untuk meningkatkan serangan Amerika juga bekerja sama dengan negara-negara jazirah arab salah satunya dengan Pemerintahan syiah Irak. Ada poin yang manarik, dimana Amerika dalam mengahadapi isis lebih senang mengemis-ngemis bantuan ke negara lain ketimbang menyerang secara langsung, sampai-sampai John Kerry yang menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Amarika ditugaskan langsung oleh Obama untuk melobi para penguasa jazirah arab untuk mau bergabung memeragi isis.
Untuk menjawab kenapa Amerika tidak menyerang langsung isis lewat darat dan lebih senang mengemis-ngemis ke negara lain, penulis akan paparkan satu alasan diantaranya.
Dalam sejarahnya Amerika memiliki pengalaman buruk ketika menghadapi kelompok-kelompok bersenjata non negara, seperti pada tahun 1957-1973 dimana ketika itu Amerika terlibat langsung dalam perang saudara di Vietnam, dan akhirnya Amerika menyerah oleh pasukan senjata non Negara yang berpaham sosialis komunis.
Berlanjut ketika Amerika menyerang Afganistan dimana ketika itu Amerika berdalih ingin memerangi kelompok bersenjata yang bernama Alqaeda dan Taliban, dan pada sampai saat ini kelompok Alqaeda dan Taliban masih eksis di Afganistan, malahan Amerika sedikit demi sedikit memulangkan tentaranya tanpa menyelesaikan misi mereka.
Seperti di kutip dari republika.co.id edisi jumat (18/1/2013), sebanyak 439 prajurit Amerika di Afganistan dilaporkan mati bunuh diri setiap tahunnya, hal tersebut terjadi karena semakin lemahnya mental prajurit Amerika akibat perang berkepanjangan, dan hal tersebut di luar dari juamlah prajurit Amerika yang mati selama pertempuran.
Berdasarkan pengalaman yang pahit tersebut, untuk menghadapi isis Amerika sedikit lebih hati-hati. Hal itu terlihat dimana Amerika lebih mementingkan kekuatan bersama dengan cara membangun koalisi internasional.
Koalisi internasional tersebut diperlukan Amerika guna meringankan beban dan sekaligus menekan resiko dalam menghadapi isis. Terlebih saat ini negara-negara di kawasan jazirah arab sedang mengalami ketakutan yang amat luar biasa, hal itu dikarenakan perkembangan militer dan ideologi isis semakin besar dan sewaku-waktu bisa menggulingkan kekuasaan mereka. Sehingga hal tersebut menjadi celah bagi Amerika untuk membangun koalisi dengan negara-negara jazirah arab dan sekaligus menjadikan mereka sebagai tameng terdepan untuk menghadang perkembangan isis.
Dan hingga sampai saat ini Amerika masih setia menggunakan kekuatan udaranya guna menyerang wilayah-wilayah yang dikuasai isis, seperti salah satunya kota Raqqah di Suriah, dan kota Mosul di Iraq. Selain itu Amerika juga memberikan bantuan berupa persenjataan kepada beberapa negara jazirah arab seperti kepada Pemerintahan syiah Irak dan kepada kelompok bersenjata lain yang menjadi kepanjang tanganan Amerika di timur tengah.
Perubahan strategi yang dilakukan oleh Amerika tersebut merupakan hal yang wajar, dimana selama ini Amerika terkesan frustasi akibat kegagalan mereka dalam menghadapi kelompok-kelompok bersenjara non negara, yang dirasa lebih militan dan sulit untuk ditumpas ketimbang harus menggulingkan suatu rezim Pemerintahan yang syah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H