Membaca kembali lembaran penuh cinta di masa dulu
Tidak berniat menyimpannya di hati hanya kugunakan sebagai cermin yang akan mempermantab niat diri
Kaulah kenangan yang mengajarkan aku tentang arti debar yang meraung-raung tak bertuan
Kaulah cerita yang pernah aku hafal hingga dalam mimpiku tak pernah lepas dengan menggambar ronanya senyummu
Sampai pada kalimat yang aku warnai dengan tinta tulus hati
Di bagian itu aku tulis dengan huruf kapital penuh lelehan airmata
Tidak pernah aku bayangkan betapa mahanya kata-kata yang menguras sebagian perjalanan hidupku
Kaulah yang terbaik, tercinta, tak tergantikan dan sederetan berlebihan-lebihan
Terimakasih untuk cerita cinta yang pernah kita rangkai bersama
Untuk episode yang tidak pernah aku sangkal pernah membuat aku bahagia berdarah-darah
Tetapi maafku juga ikut serta di belakang terimakasihku
Karena kau hanyalah bagian dari pikiran yang kemarin singgah dalam nadi darahku
Hari ini aku menyintaitainya
Dengan ilmu dan pelajaran yang pernah aku dapatkan selama kita bersama
Tidak akan lagi berlebih-lebihan, tidak akan ada lagi mimpi yang terlalu besar
Semua hanya tentang cerita yang aku sendiri tidak akan mau menerka-nerka akhir ceritanya
Kemuadian kutulis lagi kata demi kata dengan tinta tulus hati, huruf kapital, penuh lelehan airmata
Seseorang yang berada di sampingku saat ini bukan hanya sekedar kekasihku
Tetapi dialah sahabat yang aku banggakan
Dialah saudara yang aku hargai yang aku percayai
insyaAllah hingga aku mati…
( 060810. 11:00 wita. Rizal Rais. untuk seluruh sahabat-sahabatku yang mempercayakan aku dengan cerita cintanya dimasa lalu )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H