BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah.
Indonesia merupakan Negara yang kaya dengan sumberdaya alam, terbentang dari Sabang (Pulau Sumatera) sampai Merauke (Pulau Papua). Dengan Luas wilayah TANAH AIR Indonesia -+ 5.180.053 km2 , Terdiri dari Total Luas Daratan 1.922.570 km2, dan Luas Lautan 3.257.483 km2, tersusun rapi oleh ribuan pulau yang seolah-olah menetapkan Negara kita adalah Negara agraris. Memang tak dapat dipungkiri, namun hal tersebutlah yang menjadi sumber mata pencaharian dari sekitar 60% dari rakyat Indonesia, kemudian menjadi salah satu sektor riil yang memiliki peran nyata dalam membantu perekonomian Negara. Dan saat ini pulau yang terdaftar dan berkoordinat berjumlah 13.466 pulau.
Pertanian merupakan bidang yang sangat penting bagi tiap-tiap Negara. Keberadaannya sangat membantu dan ikut mempengaruhi perekonomian Negara. Hampir semua penduduk Indonesia mengkonsumsi beras sebagi pemenuhan karbohidrat dan sebagi bahan makanan pokok. Tentu saja ini semua didapat dari hasil petanian. Tidak hanya itu, bahkan makanan lain seperti buah-buahan dan sayur-sayuran juga merupakan produktivitas hasil pertanian. Boleh dikatakan kita sangat bergantung dengan pertanian, istilah lain pertanian adalah Jantungnya Bangsa Indonesia. Sehingga pertanian menjadi bidang yang sangat penting dan tidak biasa dianggap sebelah mata.
Selama ini logika pembangunan pertanian di Indonesia kurang berkembang karena adanya masalah-masalah yang mempengaruhi perkembangannya. Hal ini mengakibatkan produksi pertanian tidak memenuhi target permintaan pasar dan akhirnya persentase impor pun naik. Beberapa permasalahan diantaranya
- Peningkatan produksi pertanian sekarang ini masih belum cukup untuk memenuhi permintaan pasar dalam negeri. Hal ini disebabkan karena tingkat konsumsi yang rendah dan bervariasi antara provinsi, Potensi poduksi yang belum sepenuhnya tergali dan Komposisi makanan yang tak seimbang.
- Terlebih lagi dengan tidak seimbangnya pasar luar negeri yang menyebabkan over supply di negara maju dan akhirnya kita mengimpor produk tersebut dengan harga murah dikarenakan poduk pertanian hasil impor merupakan produk Dumping dari negara yang mengalami over supply.
- Hasil produksi domestik pun menjadi menurun disebabkan petani Indonesia berada pada posisi yang tak menentu antara harga pasar domestik dan harga dari produk impor yang relatif lebih murah.
- Ketimpangan permintaan dan penawaran ini menyebabkan cita-cita Indonesia melakukan Swasembada beras semakin jauh untuk dicapai.
- Melihat permasalahan diatas perlu diperhatikan dan dikaji ulang kembali untuk menentukan kebijakan ekonomi pertanian dalam rangka pembangunan pertanian serta menumbuh kembangkan kesejahteraan rakyat.
- Kita semua sudah mengetahui bahwa sektor pertanian memiliki peran yang sangat besar dan penting dalam pembangunan ekonomi daerah maupun nasional antara lain, meningkatkan devisa Negara, penyediaan lapangan kerja, meningkatan daya saing, sebagai pemenuhan kebutuhan dalam negeri, sebagi bahan baku industry dalam negeri serta pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan.
- Sektor pertaian telah terbukti memberikan kontribusi besar terhadap bangsa. hal ini dapat kita lihat dari segi sejarah bangsa Indonesia yang pernah beberapa kali mengalami krisis ekonomi terutama krisis hebat yang melanda pada tahun 1997-1998, satu-satunya sektor yang mampu bertahan dan menjadi penyelamat perekonomian bangsa pada saat itu.
- Belajar dari pengalaman diatas, pembangunan pertanian tetap harus dan terus menerus dilakukan untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang, serta Masyarakata Ekonomi Asean (Asean Economy Community) yang tahun ini mulai diterapkan. Upaya demi upaya dilakukan sebagai langkah menuju keberhasilan dalam pembangunan pertanian. Pertanian dapat menjadi bidang yang mampu menunjang prestasi di dalam ilmu pengetahuan terutama sains di dalam negeri.
- Akan tetapi pada kenyataannya, sampai saat ini sektor pertanian masih mengalami banyak permasalahan. Kebijakan pemerintah baik di tingkat nasional maupun daerah yang kurang berpihak pada sektor pertanian menjadi kendala dalam perkembangan sektor pertanian. Pemerintah lebih memperhatikan sektor industri dan lainnya, karena sektor industri dan lainnya diklaim memberikan pendapatan lebih tinggi kepada daerah terutama nasional. Investor juga lebih tertarik menanamkan modalnya pada sektor industri dibandingkan sektor pertanian. Ini semakin menambah deretan permasalahan pembangunan di sektor pertanian.
- Berangkat dari kondisi tersebut maka sangat dibutuhkan sebuah program dasar pembangunan pertanian yang terorganisir, artinya pembangunan yang dilakukan harus didukung oleh segenap komponen secara dinamis, ulet dan mampu mengoptimalkan sumberdaya alam, modal, tenaga, teknologi terutama mampu mensejahterakan masyarakat. Pembangunan pertanian harus mencangkup aspek ekologis, sosial dan ekonomi. Karena hal ini tidak lepas dari kawasan pedesaan sebagai penggerak utama roda pertanian terhadap perekonomian. Lahan, potensi dan tenaga kerja dan basis ekonomi lokal, pedesaanlah yang menjadi factor utama dalam pengembangan pertanian.
Dari gambaran diatas penulis memilih judul "INOVASI TIADA HENTI DAN KREATIVAS TANPA BATAS"
- Permasalahan.
- Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas maka identifikasi masalah pada penelitian adalah :
- Pengaruh perubahan kebijakan terhadap pergantian/transisi pemimpin?
- Mengubah dana Bantuan kesejahteraan Masyarakat Miskin menajadi pemberian modal untuk mengembangan usaha dan bisnis?
- Program pemerintah yang semakin menyulitkan dan membingungkan ?
- Tujuan Penelitian.
- Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah:
- Menyamakan Visi dan Misi antara pemimpin baru dengan pemimpin lama.
- Mengamati kembali terhadap kebijakan pemerintah dalam membangun masa depan bangsa terutama di bidang pertanian.
- Mengklaborasikan antara program lama (masa Orde Baru) dengan program modern.
- Manfaat Penulisan.
Dengan Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mengharapkan bahwa penulisan karya tulis ini bermanfaat bagi semua kalangan.
- Manfaat Praktisi.
- Bagi pemerintahan baik ditingkat nasional maupun daerah, penelitian ini diharapkan bermanfaat serta sebagai tambahan informasi dan masukan bagi lembaga-lembaga yang terkait dengan pembuatan kebijakan yang berhubungan dengan pengembangan kemajuan sektor pertanian secara nasional. Sehingga membuat masyarakat yang berprofesi sebagai petani tidak dibuat bingung dan terorganisasi.
- Bagi pelaku pengusaha agribisnis, penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan masukan untuk meningkatkan secara kuantitas dan kualitas pertanian, baik hasil panen, pendapat maupun lainnya.
- Manfaat Akademisi.
- Hasil penelitian diharapkan bermanfaat untuk menambah wawasan pengetahuan tentang berhasil tidaknya program-program pemerintah terhadap perkembangan pertanian baik berskala nasional maupun perkabupaten diseluruh Indonesia.
- Untuk menambah koleksi dan pengetahuan baik Dosen Pengampu maupun Mahasiswa serta sebagi salah satu referensi untuk melakukan penelitian berikutnya.
- Sebagai penerapan ilmu dan teori-teori didalam bangku kuliah dan membandingkannya dengan kenyataan dilapangan.
- Manfaat Ekonomi.
- Dapat menekan Anggaran nasional yang mengatas namakan kebijakan pemerintah demi rakyat, dengan satu kebijakan, satu jalan dan satu tujuan siapapun pemimpinnya kebijaknnya tetap sama. Agar program yang lama dapat terselesaikan dan hasilnya dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat.
- Kesejahteraan masyakat dapat terlihat dengan jelas dari manfaat kebijakan yang telah berjalan tanpa ada pemberhentian.
- Manfaat Sosial
- Kebijakan yang dikeluarkan dan diperlakukan oleh pemerintah dengan mudah diterapkan oleh masyarakat kelas bawah tanpa ada perubahan, meskipun ada perubahan tidak terlalu jauh dari program yang telah ada.
- Kebingungan dan kerancuan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah dapat terjawab dengan hasil nyata dilapangan.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
- Landasan Teori.
Pada masa Pemerintahan Orde Baru pembangunan pertanian diletakkan pada ranking pertama sebagai pembangunan ekonomi nasional. Pertanian telah dijadikan dasar pembangunan nasional secara menyeluruh. Disadari bahwa perkembangan pertanian merupakan prasyarat industrialisasi yang akan menjadi tulang pungkung perekonomian nasional yang kuat. Negara-negara berkembang pada umumnya cenderung untuk melompat dalam strategi pembangunan ekonomi nasional dengan mengambil kebijakan sektor industri yang lebih utama. Hal serupa juga timbul di Indonesia pada awal tahun 1950-an yang dipelopori oleh Sumitro Djojohadikusumo. Pemikiran ini timbul dari hasil penelitian disertasinya, bahwa sektor pertanian di Indonesia tak bisa diharapkan sebagai tumpuan pembangunan nasional. Tumpuan yang tepat itu adalah sektor industri. Di tingkat internasional, livingstone memberikan sejumlah alasan mengapa industrialisasi dipilih sebagai tumpuan pembangunan nasional. Industri merupakan kunci terhadap perkembangan ekonomi karena sektor industri menjanjikan pertumbuhan ekonomi yang menggiurkan dan tinggi, sedangkan sektor pertanian hanya memberikan marginal rate of return yang rendah. Sementara, elastisitas pendapatan terhadap produk-produk industri sangat tinggi, sedangkan pertanian sebaliknya. Dengan perkataan lain, jika pendapatan meningkat, maka bagian pendapatan untuk mengkonsumsi barang-barang industri meningkat, sedangkan pertanian menurun. Pengalaman telah menunjukkan bahwa perkembangan pertanian itu lamban jika tidak stagna. Lagi pula pembangunan pertanian itu tidak mudah karena hambatan kelembagaan, misal sistem sewa tanah yang relative tinggi, struktur didaerah yang tak jelas, infrastruktur penunjang yang tak memadai.