Lihat ke Halaman Asli

Permata CAI ke-45, DPP LDII: Indonesia Akan Menghadapi Bonus Demografi

Diperbarui: 2 Juli 2024   08:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengurus DPP LDII di Permata CAI Wonosalam, Jombang. Foto: Cak Rull

Jombang, 1 Juli 2024 -- DPP LDII turut berpartisipasi dalam "Perkemahan Akhir Tahun Permata CAI ke-45" yang diselenggarakan pada 1-4 Juli 2024 di Bumi Perkemahan Wonosalam, Jombang, Jawa Timur. Dalam kesempatan ini, DPP LDII menyampaikan materi bertema "Membangun Karakter Generasi Muda Profesional Religius Berwawasan Kebangsaan Menyambut Indonesia Emas 2045".


Ketua Umum DPP LDII, KH Chriswanto Santoso, mengajak generasi muda untuk memahami ideologi yang mengancam eksistensi bangsa Indonesia dan aktif menjaga empat pilar kebangsaan: Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Dengan memahami tantangan tersebut, LDII ingin memastikan generasi muda Indonesia menjadi generasi yang cinta tanah air dan bangsanya," ujar Chriswanto.

Beliau juga menegaskan bahwa bonus demografi yang akan dihadapi Indonesia pada tahun 2035 harus dioptimalkan dengan baik. Penguatan generasi muda melalui rekonstruksi empat pilar kebangsaan menjadi upaya preventif dan edukasi masyarakat untuk memanfaatkan peluang emas ini.

Lebih lanjut, Sekretaris Umum DPP LDII, Dody Taufik Wijaya, menjelaskan bahwa bangsa Indonesia menghadapi ancaman radikalisme, sosialisme, dan komunisme. "Ketiga ideologi ekstrem ini dapat melemahkan nilai-nilai Pancasila," ujarnya.

Untuk menanggulangi ancaman tersebut, Dody menekankan pentingnya menciptakan generasi muda profesional religius dengan 29 karakter luhur. "SDM yang memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk membangun kehidupan dunia dan akhirat yang lebih baik," jelasnya.

Dalam tataran praktis, Ketua Departemen KIM DPP LDII, Ludhy Cahyana, mengungkapkan strategi untuk membangun SDM profesional religius, yaitu:
*Melaksanakan pembelajaran sepanjang hayat: Dimulai dari usia dini hingga lanjut usia.
*Menerapkan struktur kurikulum hybrid profesional religius: *Memadukan sistem pondok pesantren dan sekolah.
*Melibatkan seluruh stakeholder pendidikan: Mubaligh, pengelola yayasan, pimpinan sekolah/pondok, guru, pamong, orang tua, dan tenaga administrasi.
*Melakukan digitalisasi pembelajaran: Meningkatkan efektivitas pembelajaran.
*Membangun kerja sama dengan berbagai pihak: Pemerintah, penyelenggara pendidikan swasta, organisasi kemasyarakatan, lembaga pelatihan, dan internal LDII.

Melalui berbagai upaya tersebut, LDII berharap dapat berkontribusi dalam mewujudkan generasi muda Indonesia yang profesional, religius, berwawasan kebangsaan, dan siap menyambut Indonesia Emas 2045. (Lines/Rizal PM)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline