Senyum terakhirmu bagai matahari tenggelam,
Merambat ke langit, meninggalkan hangat.
Sebuah senyuman yang mengukir kenangan,
Dalam hati, kau meninggalkan jejak yang abadi.
Di balik senyummu, tersembunyi cerita,
Kisah yang ditulis di mata dan bibirmu.
Senyum terakhirmu, menjadi cahaya dalam kegelapan,
Menerangi malam yang mendalam dan panjang.
Bagaikan lukisan yang terpampang di dinding waktu,
Senyum terakhirmu terpatri di benakku.
Wajahmu yang teduh, senyumanmu yang damai,
Menyiratkan kebahagiaan yang tak terlupakan.
Senyum terakhirmu, bagai sepucuk surat,
Berisi doa dan harapan untukku.
Meski kau pergi, senyummu tetap bersamaku,
Merajut kenangan indah dalam setiap detik.
Dalam senyum terakhirmu, tersirat kelegaan,
Seakan kau menenangkan hatiku yang resah.
Senyum itu, sepertinya berbisik padaku,
"Janganlah bersedih, kita akan bertemu lagi."
Kini senyummu hanya terkenang dalam bayang,
Sebuah lambaian terakhir yang membekas.
Namun, di setiap senyuman yang kupandang,
Aku merasakan hangatnya cinta yang tak pernah mati.
Senyum terakhirmu, puisi yang tak terucap,
Terukir dalam hatiku seperti tinta di kertas.
Meski waktu berjalan, dan jarak memisahkan,
Senyummu tetap menjadi kenangan yang abadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H