Dengan naik kendaraan umum saya berangkat dari rumah jam 10 pagi untuk membeli tiket pertandingan Pra Piala Dunia 2014 antara Indonesia melawan Bahrain. Saya putuskan berangkat pagi karena dari Harian Olahraga yang saya baca dari 80 ribu tiket yang disediakan panpel, 70 ribunya sudah terjual pada satu hari sebelum pertandingan. Sampai di stadion antrian untuk membeli tiket sudah panjang sekali karena baru satu loket yang dibuka untuk pembelian tiket baru, sementara loket penukaran bagi yang memesan tiket sebelum hari pertandingan di stadion juga tak kalah ramainya.
Selagi menikmati panjangnya antrian sambil berpanas ria, ada pemberitahuan dari beberapa suporter yang mengatakan ada loket yang sudah dibuka lagi dan belum ada antrian, saya bersama suporter lain pun berlarian menuju loket yang dimaksud jarak yang ditempuh lumayan jauh, namun demi menyaksikan langsung laga Timnas, saya dan para suporter lain rela berlarian menuju kesana, bukan untuk mendapatkan tiket gratis, tapi dengan membayar tentunya.
Dengan keringat yang masih bercucuran sampai juga di depan loket dimaksud, benar saja, belum ada antrian yang berarti, namun tiket yang tersedia tinggal kategori 2 seharga 75 ribu dan kategori diatasnya, sementara tiket dibawah itu sudah ludes terjual. Tak apalah dari pada beli dicalo harganya bisa berbeda sampai 50 persen. Setelah membayar, tiket pun berpindah tangan, aman berarti niat untuk menyaksikan laga Timnas secara langsung bisa terlaksana juga.
Waktu masih menujukkan pukul 12 siang, sementara pertandingan baru digelar pada pukul 7 malam berarti saya masih harus menunggu 7 jam, saya pun menuju Blok M untuk bertemu Kang Hikmat Kompasianer yang juga warga Rangkat, sambil mencari atribut Timnas Garuda untuk dipakai menonton nanti dan mencari tempat untuk sholat Dzuhur.
Setelah membeli kaos Timnas Garuda di Blok M saya pun menunggu Kang Hikmat yang masih dalam perjalanan dan terkena macet di daerah Mampang. Selang beberapa jam yang ditunggu pun datang, karena perut sudah keroncongan, kami pun langsung makan di warung ampera Padang yang ada di dekat Blok M Square, usai makan kami ngobrol sebentar di taman dan melanjutkan obrolan kami di warung kopi di bawah terminal Blok M.
Tak terasa karena asik dan serunya obrolan waktu ashar pun tiba, setelah sholat saya dan Kang Himat pun berpisah, beliau sendiri tidak bisa ikut menyaksikan laga Timnas karena harus berkemas sebab esoknya harus berangkat kembali ke tempat kerjanya di pulau seberang sana.
Sampai di Gelora Bung Karno suporter sudah membludak, dan ketika pintu stadion mulai dibuka antrian suporter untuk masuk ke dalam stadion kembali panjang. Saya sendiri masuk melalui pintu 9 seperti yang tertera di tiket masuk. Sebelum masuk ke dalam stadion petugas keamanan memeriksa suporter dan menggeledah barang bawaannya. Karena dilarang membawa senjata tajam, mercon, kembang api, botol minuman dan barang yang dianggap membahayakan lain ke dalam stadion. Saya pun harus rela menuangkan minuman botol yang saya bawa ke dalam plastik yang disediakan panitia, karena larangan membawa botol ke dalam stadion, lho tapi kenapa dalam pertandingan kemaren terlihat banyak botol minuman yang berhamburan ke dalam lapangan, nanti kita temukan jawabnnya.
Sampai di dalam stadion bangku stadion sudah mulai penuh sesak dengan suporter, walau saya datang sendiri, tidak sulit buat saya mencari teman untuk sekedar ngobrol. Inilah salah satu daya magis sepakbola, walapun kita tidak saling mengenal tetapi kalau sudah menjadi suporter maka yang ada hanya satu, sama-sama mendukung Tim kesayangannya.
Pertandingan belum dimulai namun suara dukungan untuk Timnas Garuda sudah membahana, dari teriakan kata-kata "Indonesia", lagu merdu Garuda di dadaku, dan aksi-aksi lain. Teror suporter kepada sekuad Bahrain sudah dimulai ketika bus pembawa pemain datang, terikan Huuu....terdengar kompak dari ribuan suporter ketika pemain lawan itu masuk ke dalam lapangan untuk melakukan pemanasan, yang saya rasakan sendiri teriakan-teriakan suporter Indonesia bukanlah sebuah penghinaan melainkan hanya untuk meneror mental lawan sebelum pertandingan dimulai. Dan teriakan kontras terlihat ketika sekuad Timnas Garuda mulai masuk ke dalam lapangan, teriakan "Indonesia" semakin membahana di selingi dengan tepukan riuh bercampur suara terompet dari suporter di seluruh isi sadion.
Tapi teror dari penonton sepertinya tidak berpengaruh banyak terhadap pemain-pemain Bahrain karena dengan santainya mereka tetap melakukan pemanasan dan diakhir pemanasan bahkan pelatih dan beberapa pemain Bahrain memberikan applaus kepada suporter Indonesia, yang tetap dibalas dengan teriakan Huuu.. dari para suporter.