Lihat ke Halaman Asli

Riza

Mahasiswa Pascasarjana

Efisiensi Air Menggunakan Sistem Alternate Wetting and Drying (AWD) dalam Meningkatkan Pertumbuhan Padi di Desa Jurang Jaler, Lombok Tengah

Diperbarui: 8 Juli 2024   12:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengamatan pertumbuhan tanaman padi. Dokpri

Jurang Jaler-Lombok Tengah dalam menghadapi perubahan cuaca yang tidak menentu mulai dirasakan oleh para petani di Lombok Tengah, dalam hal ini kurangnya air irigasi yang datang dapat menjadikan lahan sawah padi akan panen kurang sempurna dikarenakan air yang kurang dan kebanyakan air pula akan membuat tanaman padi menjadi rusak, maka dari itu harus di pantau penggunaan efisiensi air yang di butuhkan/digunakan. Dewan Sumber Daya Air Provinsi Nusa Tenggara Barat, Komisi Irigasi Provinsi Nusa Tenggara Barat, Mahasiswa MBKM Mandiri yang sedang melakukan kegiatan magang di Sekretariat Komisi Irigasi provinsi Nusa Tenggara Barat  yang berasal dari program Studi Ilmu Lingkungan Universitas Mataram, Konsultan Pemberdayaan Masyarakat (BWS NTB), dan Staf OP Pengamat Pengairan Jurang Batu di Desa Jurang Jaler melakukan pemantauan dalam efisiensi penggunaan air irigasi, maka dari hal tersebut sistem yang pas di gunakan yaitu sistem alternate wetting and drying (AWD) Pemantauan ini dilakukan pada taggal 25 juni 2024 yang bertepat di Desa Jurang Jaler, Kepala Sekretariat Komisis Irigasi provinsi Nusa Tenggara Barat Juraedah Dwi Anggraeni yang mengikuti kegiatan ini menganggap kegiatan ini sanagat penting dalam upaya efisiensi air. Hasil pengamatan ini dapat menjadi pembelajaran untuk melakukan pertanian hemat air dan ramah lingkungan.

Komisi Irigasi Provinsi Nusa Tenggara Barat berperan penting dalam mengelola sumber daya air, terutama dalam meningkatkan efisiensi penggunaan air untuk pertanian dikarenakan memiliki peran sebagai wadah untuk koordinasi pengelolaan irigasi. Salah satu bentuk teknologi irigasi yang efisien adalah sistem Alternate Wetting and Drying (AWD), sistem ini dapat membantu meningkatkan hasil pertanian dengan menghemat penggunaan air dan tanpa mengurangi hasil gabah. Dengan demikian, penggunaan AWD dapat direkomendasikan sebagai metode irigasi yang efektif dan efisien dalam meningkatkan pertumbuhan padi di Desa Jurang Jaler, Lombok Tengah. Komisi Irigasi Provinsi Nusa Tenggara Barat berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam mengelola sumber daya air dan meningkatkan efisiensi penggunaan air, serta memberikan pertimbangan dan masukan atas pemberian izin alokasi air untuk kegiatan perluasan daerah layanan jaringan irigasi dan peningkatan jaringan irigas.

Dalam sambutannya, Konsultan Pemberdayaan Masyarakat (BWS NTB), Ir. Djuwito, S.P., M.Si., menekankan pentingnya pemantauan efisiensi air dengan sistem AWD yaitu dalam halnya (1)menghemat air: menghemat air dengan cara mengatur air yang dialirkan secara terputus-putus. Hal ini mengurangi kehilangan air melalui perkolasi dan evaporasi, sehingga air dapat digunakan lebih efektif. (2)meningkatkan hasil: dapat meningkatkan hasil padi dengan cara meningkatkan pertumbuhan akar tanaman. Tanah yang tergenang air sekitar 2-5 cm memungkinkan tanah untuk mengikat oksigen lebih banyak, sehingga meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman.(3)mengurangi kehilangan air: dapat mengurangi kehilangan air melalui perkolasi dan evaporasi. Hal ini sangat penting dalam daerah yang memiliki keterbatasan air, seperti Desa Jurang Jaler, Lombok Tengah. (4)meningkatkan produktivitas air: dapat meningkatkan produktivitas air dengan cara meningkatkan efisiensi penggunaan air. (5)menghemat biaya: dapat menghemat biaya dengan cara mengurangi kebutuhan air dan meningkatkan hasil. Hal ini sangat penting dalam meningkatkan ketersediaan pangan yang berkelanjutan.

Pengamatan padi umur 70 hst. Dokpri

Selama pemantauan, para peserta diajak untuk langsung terlibat dalam proses pemantauan dilapangan. Mereka belajar bagaimana cara pemantauan efisiensi air dan pengukuran kedalaman air, pengukuran anakan padi serta pemantauan bagan warna daun tanaman padi. Proses pemantauan ini biasanya memakan waktu 30 menit tergantung banyak sawah yang akan dilakukan pemantauan dengan sistem AWD. Maka dalam hal ini pemantauan seharusnya perlu dilakukan secara teratur dengan kurun waktu satu bulan 2 kali atau kalau tidak bisa, 1 bulan sekali.

"Kami sangat terbantu dengan pemantauan ini. Dalam hal ini kekurangan air membuat kami harus mencari bagaimana menangani permasalahan ini dan juga bagi yang kelebihan air juga kurang tau dibawa kemana karena kami langsung buang. Ini adalah solusi yang tepat," ungkap Suhaili, salah satu Staff OP Pengamat Pengairan Jurang Batu (Jurang Jaler). "Dengan melakukan pemantauan secara rutin, kami bisa mengoptimalkan hasil panen serta efisiensi penggunaan air dengan sistem AWD. Serta dalam hal ini dapat mengurangi hilangnya air yang dapat di pindahkan ke lahan membutuhkan.

Penulis: Kamila Hanuun




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline