Kota Pusat Industri Otomotif Amerika, Detroit
DKI Jakarta sebagai salah satu kota besar di dunia dengan segala kebutuhan yang harus dipenuhinya bisa mengalami kebangkrutan finansial yang dapat berakibat instabilitas nasional. Salah urus pengelolaan keuangan dan salah membaca instrumen prioritas, bisa menjadikan DKI kota yang berkelebihan beban tanggungan namun tak lagi memiliki harapan.
Detroit, semisal kota pusat industri mobil Amerika ini, kebangkrutannya di mulai sejak tahun 1973 di masa Walikota Coleman'Young, Walikota kulit hitam pertama di Amerika. Coleman Young terpilih karena masyarakat Detroit berharap Coleman mampu mengatasi kekerasan rasial yang kerap terjadi dengan kepiawaiannya beretorika. Namun apa daya, Coleman tidak memiliki Visi ke depan yang berwawasan internasional dan ia bukan seorang managerial kota yang mumpuni. Coleman tipikal pemimpin kota bertaraf internasional yang memukau masyarakat dengan kemampuan utamanya: mengelola pencitraan semata.
[caption id="attachment_176384" align="aligncenter" width="594" caption="Perkampungan di Brazil"]
Residents attend a town hall meeting called to address city's financial problems on January 6, 2011 in Hamtramck, Michigan. The city is considering filing for bankruptcy protection as it struggles to meet its financial responsibilities. The filing would be a rare move for a municipality and the first for a city in the state of Michigan. (January 5, 2011 - Photo by Scott Olson/Getty Images North America)
Detroit, kota magnet kaum urban Amerika, berpenghasilan bermilyar Dolar gagal mengelola kota yang dahulu'hanya berpenduduk kurang dari dua juta jiwa. Kini, Detroit hanya berpenduduk tidak lebih dari 915 ribu jiwa dengandua dari tiga penduduknya menganggur.
Detroit di tahun 2009 oleh majalah Forbes dinobatkan menjadi kota paling berbahaya di Amerika, terjadi lebih dari 1220 kasus kriminal per-100 ribu penduduk. Hingga total penduduk Detroit yang terbunuh sepanjang 2009 adalah 10980 jiwa. Majalah TIME juga tak segan mentahbiskan Detroit sebagai kota hantu dengan terlalu banyak gedung yang kosong dan terlalu sedikit penduduk. Jakarta semakin sesak, Detroit sebaliknya, jumlah penduduk Detroit terus menyusut.
Jika Detroit dengan beban yang lebih ringan saja bisa bangkrut, apalagi DKI yang memang telah sarat beban ini? Dapatkah diandaikan, jika Foke gagal dan DKI menuju jurang kebangkrutan maka, "ormas- ormas hantam kromo" yang marak sedikit- demi sedikit sejak krisis 1997 itu bermetamorfosa menjadi gank-gank kriminal di DKI? Sngguh mengerikan!
[/caption] Contoh misal kota bangkrut berikutnya adalah kota Ciudad Juarez, Meksiko. Tercatat 3000 lebih kasus pembunuhan di kota berpenduduk 1,5 juta jiwa ini. Penduduk usia produktif di kota ini lebih tertarik menjadi kaki tangan cartel-cartel obat bius ketimbang menjadi penganggur atau pekerja dengan gaji jauh dari mencukupi.
Ibukota Brazil, Rio de Janeiro tidak ingin ketinggalan, kesenjangan sosial yang terlalu lebar menyebabkan penduduk kota ini hanyut oleh rasa frustasi. Bergabung dengan kelompok kriminal adalah pilihan hidup yang menjanjikan.
8000 kasus pembunuhan terjadi sepanjang tahun 2010 lalu, hingga pemerintah Brazil mengerahkan serdadu lengkap dengan Tank dan Panzer hanya untuk masuk keperkampungan- perkampungan miskin di Rio, dimana disinyalir perkampungan kumuh merupakan tempat tinggal dari’banyak anggota gank-gank kriminal di kota itu. Salah satu ciri utama kebangkrutan suatu kota adalah angka kriminalitasnya menonjol karena kota gagal menarik investasi. Jakarta juga pernah mengalami fase nyaris bangkrut dikala tahun 1998. [caption id="attachment_125933" align="alignright" width="540" caption="Jakarta Riots 1998"]
[/caption] Resesi dunia yang ditandai dengan meroketnya nilai tukar dolar menyebabkan banyak perusahaan- perusahaan di Jakarta tidak mampu lagi eksis bahkan perbankan banyak yang colaps. Pemerintah nyaris mengalami kebangkrutan finansial dan pembangunan infrastrukturpun berjalan di tempat. Jakarta gagal menarik investasi, PHK terjadi hampir di semua lini bisnis. Jangankan untuk membeli motor dan mobil baru seperti fenomena kemacetan saat ini (penuh dengan kendaraan keluaran terbaru) hingga, DKI perlu memberlakukan pajak progresivenya, masyarakat kala 1998 itu, untuk makan saja susah. Jakarta akhirnya mengalami kerusuhan massal, penjarahan, pembakaran dan tindakan kriminal hampir terjadi merata di seluruh kota, Presiden Suharto sang Bapak Pembangunan Ekonomi itupun akhirnya lengser. Lalu bagaimana kini Jakarta di bawah kepengurusan Foke selaku Gubernur?