Lihat ke Halaman Asli

Riza Fatmahira

Mahasiswa 23107030081 Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima di Yogyakarta Lewat Teras Malioboro, Sebagai Wujud Peningkatan dan Pengembangan UMKM

Diperbarui: 2 Juni 2024   11:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi (Riza Penulis)

Teras Malioboro merupakan tempat yang diresmikan oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, pada awal Tahun 2022. Teras Malioboro diperuntukkan bagi para PKL (Pedagang Kaki Lima), yang dulunya berada di sepanjang Kawasan Malioboro. Pembangunan Teras Malioboro ini untuk mengembalikan fungsi dari Jalan Malioboro bagi para pejalan kaki atau turis yang sedang berlibur di Yogyakarta. Di mana sebelumnya dalam mengakses Jalan Malioboro, itu dipadati oleh para pedagang kaki lima. Pendiriaan Teras Malioboro juga tidak hanya untuk mengumpulkan PKL dalam satu tempat, tetapi juga menyediakan pelatihan sebagai pengembangan UMKM (Usaha Mikro dan Menengah) di daerah Yogyakarta.

Nama Teras Malioboro diberikan langsung oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X, yang di mana tidak hanya memiliki satu lokasi, tetapi terdapat 2 lokasi; Teras Malioboro 1 di Gedung eks-Bioskop Indra, tepatnya di seberang Pasar Beringharjo Yogyakarta dan Teras Malioboro 2 di Gedung eks-Dinas Pariwisata, tepatnya di sisi Utara Gedung DPRD DIY. Penyediaan dua tempat tersebut, dikarenakan pedagang yang berjualan di Teras Malioboro 1, melebihi kapasitas lapak tempat yang disediakan hingga tidak dapat menampung beberapa PKL yang ada. Sehingga diresmikan pula Teras Malioboro 2 di tahun yang sama dengan jumlah pedagang yang lebih banyak. Mereka terdiri dari pedagang yang tidak mendapat tempat di Teras Malioboro 1, serta para pendatang pedagang kaki lima lainnya. Saat ini untuk Teras Malioboro 1 terdiri dari kurang lebih 888 PKL dan Teras Malioboro 2 terdiri dari 1041 PKL.

Dokumen pribadi ( Bagian depan Teras Malioboro 2 dari Jalan Malioboro)

Khusus untuk Teras Malioboro 2 sendiri, berada di pelataran yang cukup luas, dengan pintu masuk dapat melalui Jalan Mataram dan Jalan Malioboro. Di mana pintu masuk Jalan Mataram, diisi dengan para pedagang kuliner yang mayoritas konsep lapaknya lesehan. Sedangkan pintu masuk di Jalan Malioboro, diisi dengan para pedagang pakaian dan kerajinan. Fasilitas yang ada Teras Malioboro 2 ini, diantaraya terdapat pusat informasi yang digunakan untuk kepentingan Teras Malioboro; penyampaian kehilangan barang, informasi letak lapak yang ada, ataupun informasi penting lainnya. Juga tepat di samping pusat informasi terdapat area parkir kendaraan yang hanya diperuntukkan bagi kendaraan roda dua, seperti sepada dan motor.

Tidak hanya itu, Teras Malioboro 2 juga memiliki fasilitas toilet umum yang terdapat di pintu masuk Jalan Mataram dan pintu masuk Jalan Malioboro masing-masing dua, sehingga keseluruhan ada empat toilet. Toilet dapat diakses secara gratis bagi para pengunjung dan juga pedagang yang ada, dengan kondisi toilet dijaga kebersihannya oleh para petugas dan juga terdapat tulisan himbauan untuk menjaga kebersihan toilet.

Masuk lebih dalam Teras Malioboro 2 ini memiliki lorong atau jalan lurus yang di mana di samping kanan dan kiri diisi dengan lapak para pedagang. Lorong atau jalan itu disebut dengan blok, yang terdiri dari 25 blok sesuai huruf abjad dari A hingga Y. Tiap lapak memiliki ukurang yang beragam, dengan lapak lesehan memiliki ukuran yang lebih luas dibandingkan dengan lapak pakaian dan kerajinan. Penentuan tersebut dipetakan sesuai denah awal yang dibuat, dengan memperhatikan fungsi tempat sesuai dengan kebutuhan. Pada tiap lapak juga terdapat resapan air hujan yang dibuat langsung ke resapan tanah melalui pipa-pipa instalasi di setiap blok. Khusus untuk lapak kuliner, disediakan sejumlah tempat cuci tangan.

Dokumen pribadi (Kondisi blok dan bentuk lapak Teras Malioboro 2)

Walaupun lapak para pedagang berdekatan dan hanya dipisahkan dengan sekat berbentuk jaring serta dilapisi oleh papan. Kegiatan jual beli tetap berlangsung dengan baik tanpa ada pertengkaran antar satu lapak, seperti yang dikatakan Wiwin saat ditemui di lapaknya, "di sini kami tidah hanya disediakan tempat berjualan yang gratis, tetapi juga diberikan pelatihan-pelatihan yang membangun.

Contohnya pelatihan enterpreneurship yang mengajarkan tentang saat berjualan harus tetap ramah dan senyum terhadap pelanggan selelah apapun kita.". Wiwin sendiri merupakan salah satu pedagang di Teras Malioboro 2, yang berjualan kerajinan. Wiwin telah berjualan di tempatnya saat itu, sudah sejak awal Teras Malioboro diresmikan artinya Tahun 2022. Kerajinan yang dijual oleh Wiwin merupakan setoran dari orang lain. Terkait keuntungan yang didapatkan oleh Wiwin tidak ada nominal pastinya, "tergantung kalo pas lagi rame, untungnya bisa banyak. Ya! Tapi kalo pas sepi itu juga kadang hanya balik modal," ungkap Wiwin di tempat. Wiwin juga mengatakan senang bergabung di dalam Teras Malioboro 2, dikarenakan pelatihan yang diberikan sangat membantunya dalam berjualan.

Dokumen pribadi (penulis bersama Wiwin)

Beda lagi dengan Jay, yang juga merupakan pedagang di Teras Malioboro 2. Jay sendiri berjualan kaos yang identik dengan Yogyakarta. Tidak hanya itu, Jay juga berjualan pakaian anak-anak. Bersama dengan rekannya Jay berjualan tidak hanya seorang diri. Untuk pakaian yang dijual bukan dari produksi sendiri melainkan, Jay bersama rekannya menjadi salah satu yang menyuplai distribusi kaos. "Kalo keuntungan penjualan tidak nentu sih mba. Tapi kami biasanya perbulan tuh, untungnya di atas UMR Jogja," ungkap Jay di lapaknya. Jay menambahan keuntungan tersebut dikarenakan penjualan mereka yang tiap hari, walaupun libur sekalipun. Untuk pelatihan sendiri Jay dan rekannya belum mengikuti pelatihan apapun dari Teras Malioboro 2, dikarenakan mereka menempati lapak di tempat tersebut baru Tahun 2023, sehingga terkait pelatihan belum mendapat informasi sama sekali.

Lain halnya dengan Yani, mengatakan bahwa telah mengikuti sekali pelatihan yang diadakan oleh Teras Malioboro 2. Pelatihan yang diikuti berupa pemanfaatan media digital dalam menghitung penjualan, serta pemanfaatannya dalam menjual secara online atau digital. Yani memiliki lapak pakaian dari anak-anak hingga dewasa, serta untuk pria atau Wanita. Lapak Yani dibuka setiap hari hingga  jam 12 malam. Yani mengatakan perbulan omset yang didapartkan sekitar 3 juta perbulan. "Saya sangat senang bergabung dalam Teras Malioboro, karena selain tempatnya gratis kita juga mendapat banyak pelatihan tentang cara berjualan. Kalo disuruh pindah saya tidak mau, sudah senang di sini." Ungkap Yani di lapaknya. "Untuk harga sendiri saya menjualnya sesuai dengan jenis kain, untuk yang katun saya biasa jual dengan harga 35 ribu hingga 45 ribu," tambahnya.

Pemberdayaan PKL atau Pedagang Kaki Lima yang ada di Teras Malioboro 2, baik dari pedagang hingga penjual memiliki pandangan yang beragam pada tempat tersebut. Teras Malioboro 2, tidak hanya menyediakan lapak secara gratis juga terdapat fasilitas baik dari toilet umum, area parkir, hingga ruang informasi. Terkait tempat ibadah, walaupun tidak berada di lahan yang sama, namun terjangkau dari Kawasan Teras Malioboro 2 ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline