Ada sedikit—mungkin juga banyak—ironi ketika saya membeli sesuatu di mini market (“duo”mart). Anda maupun saya tentu terbiasa mendengar sapaan ramah dari karyawan-karyawan mini market tersebut, seperti selamat pagi, selamat berbelanja dan sebagainya. Itu patut kita apresiasi.
Namun tentu saja kita tahu, bukan hatinya yang mengucapkannya, melainkan mesin akalnya, hardware otaknya yang diprogram sedemikian rupa oleh prosedur pekerjaan. Tidak sedikit kesempatan bagi saya atau anda untuk tidak peduli, melenggang begitu saja dan asyik berbelanja. Kita enggan memahami dalam skala sekecil mini market itu ada gejala-gejala yang melukai rasa kemanusiaan kita, yang saya maksud adalah kita tidak tahu atau mungkin tidak peduli bahwa manusia kini secara massal memang sudah dimesinkan, dari contoh kecil di mini market dengan pola mendasar komunikasi sehari-hari sampai pola konsumsi yang kompleks, aneh, dan kadang menggelikan.
Padahal apa susahnya, kita menyambut atau membalas sapaan karyawan-karyawan tadi itu dengan sedikit tersenyum hangat dan tulus, untuk sekedar “ngewongke” (memanusiakan) mereka, atau bisa jadi sebagai cicilan untuk membayar dosa kemanusiaan kita akan ketidakpedulian-ketidakpedulian kita terhadap fenomena-fenomena yang melukai rasa kemanusiaan kita. Atau jangan-jangan kita memang sudah mesin pula? Tidak lagi mampu berdialektika rasa, terlalu asik dengan vini vidi vici kita masing-masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H