Meskipun saya bukan pecinta alam dan tidak berani mendeklarasikan diri saya sebagai pecinta alam, tapi saya yakin "ormas pecinta alam" itu lebih baik dari ormas keagamaan apapun. Sebab "keluguan" dan "kepolosannya" dari sikap hipokrit terhadap parpol.
Kegiatan terburuk dari "oknum" pecinta alam paling-paling sebatas vandalisme pada bebatuan gunung dan kayu-kayu hutan, saya biasa menjumpai tulisan misalnya paijo love painem, BBC : Bantul Boys Club, salam chayank from oentoeng Ken Thoengan Booy. Atau tulisan-tulisan ekspresi superioritas yang tinggi terhadap kampus atau organisasi mapalanya, sebuah sikap ndompleng ketenaran dan kebesaran nama kampus dan sebagainya. Tapi yang jelas mereka tidak repot-repot mau menulis atau menggambar lambang dan slogan parpol pada batu dan daun-daun yang mereka jumpai.
Kemungkinan terburuk yang lain dari "oknum" pecinta alam adalah kurang pandai dalam hal manajemen sampah, dan yang paling buruk adalah memetik tanaman yang dilindungi meskipun pada prinsipnya Tuhan pun melindungi rumput.
Tapi sungguh lain jika berbicara parpol, kemungkinan terburuk dari parpol atau oknumnya terhadap gunung adalah mereka tak akan segan-segan meratakan gunung, apalagi jika sudah mendapat legitimasi fatwa dari ormas keagamaan lewat pendeta dan ulamanya (ulo-mak). Dan demi Allah mereka tak akan pernah menyebut sebagai vandalisme, atau vandalisme hasanah, melainkan dengan bangga dan akan tampil di koran-koran sebagai sikap kooperatif terhadap pembangunan. Tapi kita patut tenang saja, jangankan gunung, nyawa manusia pun yang terancam--asal bukan nyawa kita sendiri--kita masih bisa tenang tenang saja. Tapi saya yakin Tuhan tidak pernah bingung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H