Lihat ke Halaman Asli

Antara Legenda dan Takdir: Ini yang Menarik di Tapaktuan

Diperbarui: 17 Juni 2015   20:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Surfing di suatu senja (Foto Syukrunaddawami-Pegawai KPP Pratama Tapaktuan.)

Tapaktuan, tempat eksotis berjuluk Kota Naga ini terletak 440 km arah selatan Banda Aceh. Ibu kota Kabupaten Aceh Selatan ini bisa ditempuh dengan menggunakan perjalanan darat dari Kota Banda Aceh ataupun Kota Medan selama kurang lebih 8 sampai 9 jam.

Anda disarankan untuk menempuhnya di siang hari agar mata bisa termanjakan dengan pantai nan memukau di sepanjang jalan lintas barat Provinsi Aceh. Sekalian merenungi asar-asar tsunami tahun 2004 yang masih tampak. Atau menikmati keteduhan Berastagi dan hutan Pegunungan Leuseur yang berkelok-kelok jika Anda memula kembara dari Kota Medan.

Sesampainya di kota pala ini siapkan kamera agar semua ciptaan luar biasa Yang Maha Kuasa ini terabadikan dan bisa terceritakan ke anak cucu. Ya, karena Anda telah pernah menjejakkan diri ke sebuah situs luar biasa yang menjadi landmark tak pernah tergantikan: Jejak Kaki Raksasa Tuan Tapa.

Di sana, di kaki Gunung Lampu, di tepian Samudra Hindia, di saat mengunjunginya, berlakulah sebagaimana Anda hendak diperlakukan sebagai tamu. Itu tutur kata para tetua yang diturunkan dari bani ke bani, dari generasi ke generasi. Layak didengarkan.

Laut biru, deburan ombak, buih putih, batu karang hitam adalah anasir yang menambah indah lanskap jejak yang melegenda ini. Sebuah legenda tentang bekas pertempuran antara Tuan Tapa dan sepasang naga yang telah menculik gadis cantik dari negeri Cina.

Pada kesudahannya kebatilan moksa dan kebenaranlah yang jaya. Namun, tidaklah menyurutkan orang untuk mengabadikan binatang besar bersisik menjadi ornamen-ornamen penghias kota.

Tak jauh—masih di tempat yang sama—di puncak Gunung Lampu itu, jika Anda punya nyali, naiklah ke rooftop, menara besi tempat memandang dan merenung segala, tempat elang laut bertengger sehabis menyambar ikan di lautan. Dari atas sana Anda dapatkan sebuah pemandangan tiada dua: kota Tapaktuan dari ketinggian. Atau tentunya bersama Anda sendiri dalam sebuah aksi selfie.

Setelahnya jangan lupakan pesara aditokoh legenda itu yang besarnya tidak seperti makam biasa. Letaknya di depan Kantor Keuchik Gampong Ilir. Uluk salam sebagaimana galib kaum beragama yang Anda pahami saat berkunjung ke tempat peristirahatan terakhir manusia.

Ah, kalau berbicara pantai maka sepanjang garis kota Tapaktuan bahkan garis pantai di Aceh Selatan semuanya menyebut satu kata yang sama: indah. Dengan bentangan pasir putih, pohon kelapa, dan tentu senjanya. Tidak ada yang tidak menghentakkan pemilik mata untuk bertasbih memuji kebesaran-Nya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline