Akbar merasa pilihannya adalah benar, Turki menjadi negara kedua setelah tanah kelahirannya untuk memantapkan ilmu tentang agama, tekad dan kemampuan Akbar membuat dirinya cukup terkenal dikalangan anak sebayanya kala itu. Tangis pun pecah saat ia bertemu sosok ibu nya, mungkin bisa dibilang ia berhasil melewati masa sulit yang justru tak bisa dilewati para sahabat nya saat itu, diri nya beruntung tak termakan oleh sisi kelam dunia digital. Melalui film dokumenter berjudul 'Jihad Selfie', Noor Huda Ismail selaku produser ingin mengajak anak muda untuk 'melek' akan adanya dampak buruk dari dunia yang sedang mereka gandrungi, seakan ingin bilang "hati-hati".
Acara semakin menarik saat saya dan member KOMIK lainnya bisa berinteraksi langsung dengan Ibu Dete Aliah selaku 'pemilik' film ini, Yayasan Prasasti Perdamaian (YPP) adalah tempat beliau bernaung saat mengizinkan film ini beredar di beberapa acara kampus, komunitas bahkan tempat ibadah, film ini pun bisa kalian putar sesuai 'pesanan' jika visi dam misi acara sesuai dengan apa yang diinginkan YPP. Sejujurnya saya kurang merasakan aroma dokumenter saat menyaksikan film berdurasi 50 menit ini, hampir semua tokoh dalam film ini terlihat jelas dan tak ada yang disembunyikan, mungkin terbilang bagus untuk memperjelas inti cerita, namun saya butuh sesuatu yang 'dipertanyakan' selain apa kelanjutan dari film ini.
Jihad Selfie adalah film yang sangat tersturktur, Akbar terbilang cukup berhasil menggiring para penonton untuk nyaman menyaksikan film ini. Paruh kedua kita akan mulai memasuki sesi 'permainan emosi' dimana banyak timbul tokoh-tokoh baru yang saling berkaitan seperti tumpukan puzzel yang mulai dirangkai meskipun pada akhirnya kita sebagai pentonon dituntut untuk menjawab pertanyaan besar yang disiapkan film ini. Terkadang saya suka bagaiaman musik dalam film diciptakan, dibeberapa scene lebih tepatnya. Jihad Selfie memiliki pesan yang bagus sekali untuk dicerna, salah satu film yang saya rekomendasikan untuk kita membuka mata dan sadar akan apa yang terjadi saat ini.
KOMIK NGOPLAH adalah nama acara yang memberikan saya menyaksikan film yang beberapa lalu sempat di 'larang' diputar disebuah acara, alasan yang belum saya mengerti sehingga tak bisa saya tuliskan disini. Ngobrol di Palmerah (daerah tempat gedung kerja kompasiana), adalah kepanjangan dari NGOPLAH yang harus kalian ketahui, kalau kepanjangan KOMIK sudah tahu kan pastinya, sering loh saya bahas di tulisan saya sebelumnya. Selain menonton film sesuai dengan 'hobi' para member KOMIK, acara tersebut juga merupakan ajang buka puasa bersama yang disponsori oleh Gula Jawa, saya baru tahu ada jasa catering dengan nama demikian, lengkapnya Gula Jawa Autententic Indonesia Food.
Saya adalah tipikal orang yang tak terlalu suka untuk berbuka puasa dengan menyantap makanan yang ribet, misalnya ayam goreng yang harus menggunakan tangan biar cepat makannya, namun Gula Jawa ternyata membuat menu ayam menjadi nikmat saat dimakan, sudah di 'suir-suir', saya kurang tahu istilah tepatnya apa. Nasi nya pun gurih banget, ada abon dan kacang nya juga yang membuat menu berbuka saya semakin enak ketika dikunyah, gak salah sih kalau saya bilang panitia acara NGOPLAH ini mempercayakan menu berbuka pada Gula Jawa. Buat kalian yang mau buat acara atau perlu jasa catering kantor, wajib deh nyoba jasa yang satu ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H