Lihat ke Halaman Asli

Arisman Riyardi

its me! hey...

Turn Back Hoax, Ajak Masyarakat Cerdas Bermedsos

Diperbarui: 9 Januari 2017   22:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Giring Nidji dengan baju bertuliskan "Hoax Saber" berfoto bersama salah satu pengunjung (Dokumentasi Pribadi)

"HOAX, adalah upaya pemutarbalikan fakta, melalui proses pembacaan dengan informasi yang meyakinkan, tetapi tidak dapat diverifikasi"

-#StopHOAX-

Pernah dapat Broadcast Massage atau link berita aneh atau pesan berantai yang meragukan ?

Apa yang kalian lakukan ?

Sebagian, bahkan banyak orang pasti meneruskannya ! kenapa ?

Sebuah pertanyaan besar hadir ketika membicarakan berita hoax / bohong yang sering masuk ke dalam smartphone kita, entah siapa yang mulai tapi yang pasti kita (pribadi) bisa menjadi penghenti berita tersebut. Namun, mungkinkah berita itu justru benar adanya ? pasti hal tersebut juga hadir dipikiran kita, ditambah kemudahan yang biasa kita kenal dengan istilah 'copas' membuat kita nyaman, tak capek dan meneruskannya tanpa berpikir panjang. Mungkin hal ini akan kembali pada pribadi masing-masing, dari perspektif yang berbeda 'cerdas' menyikapi hal tersebut amatlah penting apalagi pemberitaan hoax tersebut bisa berujung fitnah bahkan hasut, untuk itu perlu dilakukan sebuah pendeteksi untuk menyikapinya, caranya :

Cross check judul berita provokatif. Tak sedikit berita yang muncul di link broadcast / Internet menggunakan judul yang cukup provokatif. Indonesia sebagai pengguna media sosial yang cukup aktif harus melakukan cross chek berita tersebut terlebih dahulu, bisa menggunakan google untuk memastikan apakah berita itu benar atau tidak, dan usahakan untuk memeriksa berita yang berkaitan pada situs berita lainnya agar kita memiliki lebih dari satu sumber sehingga kita bisa memperoleh kesimpulan yang lebih berimbang dari beberapa sudut pandang.

Perhatikan alamat situs web. Perlu diperhatikan media yang membuat berita tersebiut, jika yang membuat situs 'abal-abal' yang tak terdaftar dalam Dewan Pers, maka kita sebaiknya lebih berhati-hati mempercayainya. Meskipun demikian, situs yang masuk dalam dewan pers juga belum tentu beritanya semua benar, permasalahannya hanya pada sudut pandang tertentu, namun secara umum media resmi lebih kredibel karena memiliki standar jurnalistik, mengikuti pedoman pemberitaan media siber dan dapat dilaporkan pada dewan pers jika melakukan pelanggaran. Caranya? untuk menanggapi hal ini, dalam waktu dekat dewan pers akan memberikan barcode untuk media-media yang sudah terverifikasi sehingga memudahkan masyarakat untuk membedakan media resmi dengan 'abal-abal' yang kerap menyebarkan berita hoax tersebut. Barcode tersebut akan ditempelkan pada media cetak dan online agar bisa dipindai dengan smartphone yang akan terhubung dengan data dewan pers, dengan memindainya pembaca bisa melihat informasi seputar media yang bersangkutan, berupa alamat redaksi hingga pimpinan redaksi.

Cek fakta. Selain alamat web, fakta berita juga harus kita perhatikan, jika sumber informasi berasal dari sumber yang otoritatif misalnya KPK, Polri atau Instansi Pemerintah lainnya maka itu termasuk pernyataan resmi. Namun jika informasi berita tersebut berasal dari ormas, tokoh politik ataupun pengamat, kita harus mengambil sikap jangan langsung percaya. Dalam hal ini perlu diperhatikan keberimbangan dalam berita, apakah memuat satu sumber dan berkesinambungan dengan sumber lainnya dengan mengunggulkan fakta, bukan opini karena kedua hal tersebut berbeda. Fakta adalah peristiwa yang terjadi dengan kesaksian dan bukti. Sedangkan opini adalah pendapat dan kesan dari penulis berita.

Cek foto. Selain membaca tulisan, pasti kita selalu memperhatikan foto / video yang ada pada sebuah berita, bahkan kita mungkin tak membaca, hanya melihat gambar kemudian membuat persepsi sendiri, kalian tentu pernah bukan? untuk itu, kita juga perlu melakukan pengecekan akan foto tersebut, caranya, download / screenshot foto di artikel itu, buka google images di browser kemudian drag foto tersebut ke pencarian, periksa hasilnya untuk mengetahui sumber dan caption asli foto tersebut.

Olga Lydia sebagai salah satu Duta Anti Hoax berfoto dengan salah satu pengunjung acara tersebut (Dokumentasi Pribadi)

Pak Rudiantara, Menkominfo, saat diwawancarai awak media terkait acara Deklarasi Anti Hoax (Dokumentasi Pribadi)

Langganan fanpage anti-hoax dan ikuti group diskusi anti hoax. Untuk orang yang suka berselancar di dunia maya, pasti kalian tahu donk kalau sekarang sudah ada beberapa fanpage dan group diskusi anti hoax di facebook, berbagai pembahasan klarifikasi terhadap berita hoax yang beredar sering dibahas dan diulas kebenarannya. Dengan model crowdsourcing yang populer, orang bisa mendapatkan jawaban secara efektif dengan ikut serta dalam group tersebut.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline