Lihat ke Halaman Asli

Ini Manchester United Musim Depan yang Saya Mau!

Diperbarui: 27 Mei 2016   11:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Satu-satunya kata yang sering saya ucap saat menyaksikan tim favorit saya ini berlaga adalah, Kacauu. Kacauu… Meneer ga bener. Meneer sialan. Tukang PHP. Ga ada daya magis. Ga menghibur. Semua hanya berupa kekecewaan yang tumpah ruwah. Rasanya gamang setiap kali melihat MU akan berlaga. Kurang greget. Njelehi. Yang ada biasanya hanya kecelek. Iki Meneer opo meniran beras?

Semenjak Oppa Fergie pensiun, posisi saya di kantor sebagai pendukung tim juara yang dahsyat berubah drastis. Setiap berangkat ke kantor saya biasanya sudah menyiapkan kata-kata untuk mengatai  kawan-kawan saya yang bukan MU. Saya selalu diatas angin. Saat-saat itu hanya ada kubu MU dan Non-MU. Meskipun saya kerap diejek dan dituduh bisa menang karena wasit memihak, tapi saya bisa berbangga dan menebas mereka dengan sekali sabeten menggunakan berita kemenangan dan piala-piala yang didapatkan oleh MU. Bukti opo maneh? iku nyatane.

Namun benar kata Pepatah sialan yang sudah mengeluarkan doktrin sampah selama ini, hidup kadang dibawah kadang diatas. Sopo sing gawe ungkapan koyok ngene iki?. Sialnya, banyak kejadian dan banyak orang percaya ungkapan pepatah aneh ini. Kenapa meski hidup kadang dibawah kadang diatas. Kenapa ngga diatas terus. Kalo gantian atas bawah bagi suami istri itu perkara lain. Itu perkara enak. Lha kalo perkara nasib dan hidup. Ambok ga usah ditambahi ungkapan beginian, nyatane aja wes pahit.

Para Era-David Moyes, hinaan demi celaan saat saya tiba di kantor mulai terjadi. Asal muasalnya ya dedemit iki. Kehilangan Oppa Fergie buat saya ternyata sangat berpengaruh, utamanya untuk kehidupan ceng-cengan di kantor. Zona nyaman hilang sudah. Pelatih muda Everton yang konon satu Negara dengan Oppa itu hanya kebanyakan PHP. Mungkin dia kurang makan asam dan garam. Kurang pengalaman dan kurang daya magis. Moyes lah yang membuat orang-orang kantor saya paling semangat menunggu saya datang.

Hadeeuhh, kalah ni yeee…

Gimana bro pertandingan semalem?

Bajirut si Moyes ini sungguh. Saya takut sering salah sebut kata Moyes. Bisa diperkarakan. Lagian kan jauh kata Moyes dengan , maaf, kata monyet. 

Dan beribu-ribu kata nyinyir dan ceng-cengan berhasil dan sukses dialamatkan ke saya. Saat itu rasanya ingin menemui Ayu Ting Ting. Saya mau minta saya dicarikan alamat kantor palsu.

Pada awalnya memang terlihat meyakinkan. Moyes mendatangkan Fellaini muridnya di Everton dengan banderol mahal. Juga Juan Mata gelandang kreatif Chelsea yang menyeberang pada detik-detik akhir bursa transfer. Batin saya girang. Wes, niat tenan ini David Moyes. Meski makin jaya.

Harapan hanya harapan. Mimpi hanya mimpi. Manchester United yang sekarang bukanlah lagi yang dulu. Ia sudah berubah. Kalo berubah menjadi bagus tidak masalah, ini berubah jadi jelek. MU mainnya elek. MU jadi seperti Liverpool. Tim semenjana sialan itu. Saya tidak rela.

Kehinaan yang paling berat sebagai pendukung MU di kantor adalah saat MU dipastikan tidak bermain di Liga Champion. Rasanya tertohok sekali. Sudah biasa minum susu setiap malam Kamis saya disuruh minum ampas tahu malam Jumat. Hidup rasanya berada di titik nadir. Berat sekali rasanya menghadapi pagi di kantor. Betapa kejamnya Moyes telah merenggut kebahagiaan saya setiap pagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline