Lihat ke Halaman Asli

Moeldoko: Kita Rebut Kembali Nusa Tania Asia

Diperbarui: 29 Juni 2018   16:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Indonesia terbentang dari Sabang hingga Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote memiliki potensi alam yang beragam. Masing-masing daerah memiliki banyak perbedaan tumbuhan yang dihasilkan karena bentangan alam yang amat beragam.

Sebagai masyarakat Indonesia seharusnya bisa memanfaatkan potensi masing-masing daerahnya untuk mengembangkan pertanian masing-masing. Apa yang cocok dibudidayakan di daerahnya harus menjadi komoditi yang bisa mendunia.

Iklim yang paling baik untuk beragam tumbuh-tumbuhan adalah hal yang patut kita syukuri, seperti pernyataan Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Moeldoko, bahwa, Indonesia memiliki potensi untuk kembali menjadi hub produk pertanian di Asia. Salah satunya lantaran Indonesia memiliki sejarah panjang sebagai hub produk rempah-rempah serta buah tropis yang hanya dimiliki beberapa negara saja di ASEAN.  (wartaekonomi)

Indonesia banyak mengimpor komoditas pertanian yang seharusnya tidak terjadi jika potensi masing-masing daerah digiatkan kembali antara lain garam, bawang putih, jagung, dan padi, perlahan diyakini bisa diproduksi sepenuhnya secara lokal. Yang terpenting menurutnya, perlu kesadaran bersama semua stakeholder untuk mengurangi impor dari waktu ke waktu.

Sangat berbahaya kalau negara tidak memiliki kedaulatan pangan. Kita juga perlu transfer of technology dari negara-negara yang pertaniannya lebih maju seperti Jepang.

Produktivitas dan pengelolaan pascapanen adalah dua hal yang harus dibenahi demi meningkatkan kekuatan pangan di Indonesia menurut Anggota Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN), Benny Passaribu.

Hal yang perlu dilakukan yaitu riset mendalam yang seyogyanya tidak hanya diserahkan pada Kementerian Pertanian, melainkan juga LIPI dan BPT agar produktivitas bisa diperbaiki.

Sementara pengelolaan pascapanen seringnya gagal karena teknologi yang minim dan sangat sulit karena umumnya petani tidak bekerja sama atau sendiri-sendiri dalam mengolah pertaniannya.

Kita perlu penanganan secara korporasi. Kita tahu lahan pertanian padi misalnya, masih petak-petak kecil ini bisa dikoperasikan (disatukan) agar traktor besar bisa masuk sehingga lebih efisien. Lalu kita bisa mengkorporasikan koperasi, kerja sama dengan perusahaan BUMN.

Harapan untuk ke depan adalah komoditi pangan Indonesia kembali mendunia dan banyak di ekspor ke luar negri hingga kita menjadi swasembada pangan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline