Lihat ke Halaman Asli

Riyan Kristanto

Mahasiswa Stabn Sriwijaya

Diary Rindu: Catatan Seorang Pemuda yang Tersesat di Kenangan

Diperbarui: 16 November 2023   19:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

*"Diary Rindu: Catatan Seorang Pemuda yang Tersesat di Kenangan"*

Hari-hari Adam di kota kecil itu berjalan seperti halnya kota-kota lainnya, monotoni dan tak berkesan. Namun, sebuah hadiah kecil dari sang nenek mengubah hidupnya secara tiba-tiba: sebuku diary dengan kulit krem yang usang. Neneknya berkata, "Diary ini adalah tempat magis di mana kau bisa menangkap sejumput kehidupanmu setiap hari."

Maka dimulailah catatan hidup Adam di dalam buku tipis itu. Awalnya, hanya catatan-catatan sehari-hari biasa tentang cuaca dan aktivitas. Namun, seiring waktu, setiap hal kecil yang terjadi di sekitarnya mulai terdokumentasi dengan indah di dalam halaman-halaman diary itu.

Di antara lekukan-lekukan halaman, Adam menemukan dirinya merenungi kenangan masa kecilnya. Dia menulis tentang aroma roti panggang dari dapur ibunya, tawa gemas adik perempuannya, dan senyum hangat sang ayah saat pulang kerja. Diarynya menjadi portal ke masa lalu, mengantarkannya pada dunia yang penuh cahaya dan kebahagiaan.

Namun, tak semua catatan di dalam diary itu ceria. Ada pula halaman yang dicatat dengan tangisan dan keraguan. Adam menuliskan tentang kehilangan dan rasa sakit, tentang pertemanan yang pudar, dan cinta yang pergi begitu saja. Diarynya menjadi teman setianya, sebuah tempat di mana setiap emosi yang terpendam dapat dinyatakan.

Suatu hari, Adam menemukan kunci tua di lemari neneknya. Kunci itu membuka lapisan lain dalam diarynya. Dia menemukan halaman kosong yang menantinya untuk diisi. Adam memutuskan untuk menjelajah setiap halaman dengan imajinasinya. Dia menciptakan dunia baru di dalam diarynya, di mana dia dapat menjadi pahlawan dalam cerita-cerita yang dia tulis.

Seiring waktu, diary itu menjadi saksi setiap tahap kehidupan Adam, dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Melalui hiasan kata dan gambar, Adam menemukan makna sejati dari hidupnya. Diary itu bukan hanya sekedar buku catatan, melainkan kumpulan kenangan, emosi, dan impian yang melekat pada setiap halaman.

Pada akhirnya, diary itu bukan hanya menjadi warisan dari neneknya; itu adalah bagian dari dirinya sendiri. Ketika Adam membuka halaman-halaman yang telah terisi penuh warna, dia menyadari bahwa hidupnya sebenarnya adalah sebuah kisah yang tak terlupakan yang terukir dalam setiap halaman di dalam diary itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline