Lihat ke Halaman Asli

riyan fernandes

Peminat Baca

Sensasi Belanja Online Perdana

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awalnya saya sangat tidak familiar dengan yang namanya toko online dan belanja online. Dalam benak saya, yang namanya toko itu adalah sebuah tempat yang bisa didatangi secara nyata untuk bisa memilih barang yang akan kita beli. Sedangkan, belanja yang tertanam dalam konsep saya yaitu bertemunya secara langsung antara penjual dan pembeli, dimana, jika terjadi kesepakatan maka proses jual belipun dapat dilaksanakan.

Jujur, ketikateman-teman kuliah sejurusan (kebetulan saya kuliah di bidang komputer) sudah mulai booming belanja online, saya sedikitpun tidak “ngeh” untuk melakukannya. Entah kenapa waktu itu saya anti dengan yang namanya belanja online, rasa ketidaksukaan itu semakin bertambah ketika seorang teman sudah mentransfer uang, sementara barang yang dijanjikan tak kunjung tiba. Saat itu, saya sibuk mempropoganda teman-teman sekelas untuk tidak belanja online, karena tingkat penipuannya sangat tinggi. “Lebih bagus belanja langsung, uang diserahkan, barang langsung diterima” ujar saya mempropoganda teman-teman.

Banyak teman-teman yang melihat kejadian teman diatas menjadi sedikit takut untuk belanja online lagi. Anehnya, teman yang barang pesanannya tidak sampai itu malah tetap aktif belanja di dunia maya. Hal itu menjadi tanda tanya besar bagi saya. Namun segan untuk bertanya karena takut dianggap tidak konsisten dengan prinsip.

Rasa penasaran menjadikan saya mulai membuka situs dan forum jual beli online. Saya menjadi tertarik ketika melihat beraneka ragam barang yang tersedia dalam situs belanja online tersebut. Yang lebih mengejutkan, harga-harga barang tersebut banyak yang lebih murah daripada harga barang yang beredar di kota saya berada. Melihat hal tersebut, saya langsung berminat untuk membeli sebuah game yang sudah lama diinginkan, kebetulan harganya beda jauh dengan harga yang saya sudah sering ditanyakan.

Sayangnya, minat untuk belanja tersebut dibimbangi dengan ketakutan saya akan menjadi korban penipuan. Lama saya menimbang apakah dibeli online dengan harga lebih murah atau dibeli langsung disini dengan harga lebih mahal tapi barang langsung diterima. Setelah lama berpikir, saya mendapat sebuah ide untuk memastikan apakah belanja online bisa dipercaya atau tidak?

Ide yang saya temukan yaitu mengajak teman-teman sekos-kosan untuk belanja di sebuah toko online, yang kebetulan menjual banyak pernak-pernik dengan harga yang sangat terjangkau. Melihat harga barang yang murah membuat teman-teman sekos antusias juga untuk memesan. Jadilah, kami memesan belanja online bersama-sama. Teman-teman yang memesan menyerahkan sejumlah uang sesuai dengan harga barang yang dipesan kepada saya, setelah saya mengumpulkan uang sejumlah kami belanja, saya segera mentransfer ke rekening toko tersebut.“Kalau kena tipupun, gak apa-apa, kan Cuma sedikit dan rame-rame kena tipunya.he.he.he” saya berujar dalam hati.

Keesokan harinya barang yang kami pesan ternyata telah sampai, kualitas barang sesuai dengan yang kami lihat, jumlah barangnya pun persis sama dengan jumlah yang kami pesan. Teman-teman sekos terlihat sangat senang dengan barang yang mereka terima, dan saya disatu sisi menjadi yakin untuk membeli barang yang saya inginkan sendiri.

Malam itu juga saya menghubungi toko online tempat membeli game yang diinginkan tersebut. Setelah kata sepakat tercapai esok paginya saya langsung mentransfer sejumlah uang yang telah disepakati. Dag-dig-dug hati ini menunggu pesanan sampai, sehari rasanya sangat lama. Malampun tak bisa tidur karena selain pengalaman belanja online sendiri pertama, rasa takut ditipu mengingat jumlah uang yang cukup besar pun menjadikan mata tak bisa terlelap.

Kekhawatiran itu juga membuat saya tidak masuk kuliah pada hari tersebut, dari pagi saya mulai menunggu di teras kos, dan sayangnya sampai malampun barang yang saya tunggu tak kunjung tiba. Kekhawtiran saya semakin memuncak karena ketika menghubungi nomor telepon toko tersebut tidak aktif,, “Jangan-jangan saya sudah kena tipu” pikiran yang menghantui saya.

Saya masih terus mencoba untuk menghubungi dan sms toko tersebut, mungkin karena saking capeknya sayatertidur dan baru sadar ketika keesokan harinya teman bangunkan “Yan, bangun ada kiriman tuh” “mana?” masih dalam pengaruh ngantuk saya langsung meloncat dari kasur. Teman tersebut tersenyum melihat tingkah saya.

Ketika mata telah bisa diajak kompromi terpampanglah di depan mata saya sebuah kotak yang dibungkus rapi dengan kayu dan bertuliskan nama dan alamat saya tinggal. Langsung saya cek dan ricek barang tersebut, dan ternyata barang tersebut sesuai dengan yang digambarkan.

Hilanglah semua rasa yang berkecamuk dalam diri ini, digantikan dengan rasa yakin bahwa belanja online memang aman selama kita selektif dalam belanja. Itulah sensasi belanja online pertama yang sangat berkesan sampai sekarang. Dan sekarang, barang-barang yang saya pake seperti baju, Handphone, Tas dan Motor merupakan hasil dari belanja dari dunia maya.

Jadi sekarang, kalau ada orang yang mengatakan, Belanja Online yuk, Ayuk…Kenapa Tidak?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline