Pernah tidak sih saat setres kita justru akan gampang merasa sakit. Tidak hanya tubuh namun juga rentan sakit hati. Jika dibiarkan, maka akan berujung depresi. Kaitan antara setres dengan sakit jika dilihat dari sudut pandang ilmu kesehatan, kuduannya memiliki kaitan yang erat apalagi nih, di tubuh kita antara 1 komponen dengan komponen lain dihubungkan oleh 'kabel'yang disebut dengan saraf.
Nah, kalah kita sedang setres, bahkan dapat berujung depresi akan membuat tubuh dengan mengeluarkan hormon yang di sebut dengan hormon epinefrin dan kortisol. Kedua jenis hormon tersebut berfungsi untuk meningkatkan tekanan darah dan energi dalam waktu yang singkat kala tubuh merasakan depresi atau menerima tekanan.
Sebenarnya, jika dikaitkan dengan masalah kesehatan hormon kortisol dan epenfrin memiliki fungsi yang positif. Namun, jika hormon ini di produksi secara terrus menerus, justru akan membuat fungsi fisiologis kita menjadi terganggu. Akibatnya nih, kita tidak hanya akan merasakan kesedihan yang mendalam, semakin depresi, bahkan bisa membuat kita terserang diabetes mellitus tipe 2, gangguan emosi dan Afeksi selain emosi, yang banyak berperan dalam berproses berpikir, persepsi psikomotor dan ingatan adalah afek. Meskipun demikian ada beberapa bentuk gangguan afek. Yaitu gangguan kecemasan dan Depresi.
a. Kecemasan: gangguan afek berupah kecemasan, di lihat dari gejala psikologi memiliki ciri hampir sama. Misalnya disertai dengan rasa khawatir, tegang, gugup, takut, mudah terkejut. Sedangkan ciri secara somatik dapat tandai dengan rasa/cepatnya debaran jantung, telapak tangan basah keringat dingin, dan terjadi peristaltik.
Penderita neorosis cemas mengalami gangguan emosi kecemasan yang tinggi. Kecemasan yang di rasakan tidak sewajarnya dari orang-orang sekitar. Jika di skala 1-10, neorosis cemas memiliki kecemasan 7-9, padahal normalnya hanya 3-5 skala.
Gejala kecemasan dibagi menjadi dua, yaitu dari segi faktor somatik da psikologik. Gejala simotik, di tandai dengan rasa linu, keringat, dingin, palpitasi, sesak napas, kepala mengembang, dan dada terasa tertekan. Sedangkan, gejala dari faktor psikologi di tandai dengan rasa khawatir yang berlebihan terlalu was-was, dan dari intonasi suara di tandai dengan suara yang terputus-putus.
b. Depresi: Seoarang yang tertekan banyak masalah dan tidak mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya dapat memicu munculnya depresi. Depresi memiliki ciri psikologi, misalnya rasa sedih, murung, merasa tidak berguna, susah, tidak memiliki harapan, gagal, dan memiliki penyelesaian secara patologis. Ciri depresi secara somatik di sertai dengan kegelisahan yang berlebihan dan menarik diri. Adapun gejala seperti gangguan kulit lembab/dingin, mengalami anoreksia, dan konstipasi. Bentuk depresi ad dua macam, depresi ringan dan berat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H