Lihat ke Halaman Asli

kemping

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti biasa, saya – selagi Luftan ( 3 tahun 9 bulan) mau mendengarkan, saya bercerita atau membacakan cerita sebelum Luftan tidur. Malam itu, saya bercerita tentang hutan, fungsi hutan, apa dan bagaimana hutan, tentang gunung, air, pohon, harimau dll. Cerita ditutup dengan kesepakatan: Hari Sabtu kita pergi kemping, kita akan melihat hutan, kita akan tidur di hutan. Luftan girang bukan main dan nampak bersemangat sekali. Hari itu masih Hari Rabu tetapi saya sudah berjanji.

Sepertinya dia tidak sabar lagi untuk segera tiba. Dia telah berkemas, memasukkan peralatan yang ia perlukan ke dalam tasnya. Saya pernah membelikan tas punggung kira-kira setahun yang lalu, warna merah dan menjadi tas kesayangannya. Hari kamis sepulang dari SMK NEGERI 1 JEMBER , saya melihat isi dalam tasnya: handuk, kaos, celana pendek, sikat gigi warna merah, tempat minum, binocular, slayer warna biru, mobil-mobilan (prototype sedan shubaru impressa) warna hijau, jas hujan yang kebesaran dan kaos kaki warna cyan.

Anakku serius. Saya sendiri tidak jelas, serius atau tidak. Luftan menunggu Hari Sabtu, seperti lama sekali katanya. Maka saya hibur dia dengan cerita tentang binatang atau hewan-hewan berbahaya di hutan, dan kita perlu senjata. Dia heran, “wow, senjata?” Saya jawab, “ ya, kita buat senjata.” Kita pergi ke depan rumah, mencari ranting yang cukup kuat. Saya buatkan senjata model “Y” meniru senjata orang-orang pemburu ular. Luftan tambah girang, mempraktekkan cara penggunaan senjata itu bila di hutan dia bertemu ular. Dia mengigau saat tidur, “ hore, hari sabtu.” Pohon.. pohon ...pohon.” Saya mendengarnya sendiri dan saya putuskan saya serius. Ya, kita kemping.

Saya menemui Pak Anton, pembina ekskul PA di sekolah dan meminjam beberapa peralatan kemping. 1 tenda lengkap dengan pasak dan tali warna biru, 2 buah lampu badai, dan 2 jenis kompor, paraphine dan gas. Saya memberikan sedikit uang untuk tambahan kas kegiatan ekskul PA sebagai konsekuensi atas peminjaman alat-alat ini. Saya bawa peralatan itu ke rumah. Luftan semakin girang. Nampaknya, ada perasaan 100% kita jadi berangkat, setelah saya menunjukkan peralatan-peralatan kemping yang saya bawa. Saya menyadari sesuatu, bahwa anak-anak seumur dia dapat merasakan keraguan seseorang dewasa pada janjinya. Kemudian saya berpikir, kemping dimana? berdua dengan anak seusia ini?

Mulanya saya berbicara dengan Mahruz Ali, siswa kelas III multimedia. Dia menyarankan tempat kemping bagus bernama Taman Rimba yang biasa digunakan anak pramuka kemah. Dia memberikan nomer telepon Basori adik kelasnya dan meyarankan saya menghubunginya karena Basori tau tempat itu, katanya tidak jauh dari rumah Basori. Saya menelpon banyak orang setelah diketahui dari Basori bahwa tempat itu tidak bagus lagi, tidak layak lagi sebagai tempat kemping. Tanah datarnya telah digunakan untuk ladang pembibitan oleh PTP ( perusahaan perkebunan). Informasi lebih detil datang dari Ibu Basori (pesawat telepon dipindah ke ibunya setelah saya meminta berbicara dengan ibunya saja) yang mengaku pernah mengunjungi tempat bernama Biskit dengan pohon-pohon besar dan kolam renang, sungai dengan air jernih, mata air pegunungan, biasa digunakan kemping orang dari mana-mana, tetapi banyak hantunya.

Janji berangkat jam 3 sore. Luftan menunggu dirumah. Saya masih mencari tempat yang tepat. Saya masih bingung. Saya putuskan untuk kemping di tempat berhantu atau tidak. Banyak orang tahu, di kantor atau di perumahan saya tinggal, saya tidak mudah percaya dengan tempat-tempat seperti itu. Tapi sekarang saya akan pergi bersama Luftan. Kejadian bulan lalu di sekolah, 4 orang kesurupan termasuk security SMK 1 JEMNBER (Bang Ropik) cukup menggetarkan nyali. Cerita tentang tempat berhantu itu, juga disampaikan oleh Winda (alumni UJP) yang saya hubungi via telepon. Bapaknya jadi polisi hutan di daerah dan beliau mengatakan tempat itu tempat angker. Saya terdiam sejenak. Keberanian saya diuji. Tetapi tidak seperti biasa, karena saya akan menginap di sana bersama Luftan. "Wuuhh."

Saya menulis status di facebok, berharap dapat ide lain dari teman:

Riyadi Ariyanto: jam 3 sore ini, sudah berjanji kepada anakku, Luftan (3 tahun 9 bulan) berangkat kemping ke taman rimba, silo. jam ini saya terima info, tempat camping sudah gak bagus lagi. Waah. Anakku sudah siap 3 hari yang lalu.

Sat at 10:33 via Mobile Web · Comment · Like

Cuet Cik Cik and 'Lelaki Biasa' like this.

Ratna Gayatriajak aja..ke taman singa..jgn ke taman rimba dunk...

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline