East 17 mungkin tidak segemilang Take That tapi boyband dari Inggris ini jadi bagian dari kenangan saya saat masih kerja di salah satu radio di sekitaran jalan Gajah Mada, Jakarta Barat. Selain lagu-lagunya sering saya putar, band ini selalu jadi teman di perjalanan. Meskipun hanya punya satu kaset "Around the World Hit Singles: the Journey so Far" itu sudah memuat semua lagu keren yang mencampur pop dan hip hop.
Biasanya, dalam lima hari kerja selalu ada jadwal dini hari. Setelah tutup siaran jam 12 malam, dulu tidak ada siaran 24 jam, saya harus nyiapin daftar lagu buat di-play besok paginya. Saya selalu memasukan lagu East 17 yang iramanya bikin semangat. Dulu nggak boleh ada lagu yang direndeng jadi setelah satu lagu selesai harus disambung dengan infomasi atau berita. Rata-rata untuk durasi satu jam siaran lagu yang disiapin sekitar sepuluh lagu.
Kerja malam itu banyak enaknya, setelah nyusun play-list, saya mulai ngumpulin lagu-lagu yang mau direkam. Modal kaset kosong c-90 saya sudah punya kompilasi lagu-lagu keren. Biasanya lagu-lagu alternative rock yang saat itu lagi ngetop dari dalam dan luar negeri. Sempat juga bikin the bestnya Rolling Stones dan the Doors tapi ini buat konsumsi pribadi ya bukan untuk diperjualbelikan.
Setelah kerjaan selesai, saya pulang naik bus patas AC tujuan Ciledug. Cari tempat duduk yang nyaman, pasang walkman, dan East 17 jadi pilihan utama. Jarak yang lumayan jauh dan bus yang adem kadang membuat saya sampai ketiduran untung nggak bablas sampai Ciledug.
Sebetulnya, East 17 duluan sukses dengan single pertama "House of Love" yang bisa sampai peringkat 10 di Inggris sementara single pertama Take That "Do Wut U Like" hanya sampai urutan 82. Album pertama Take That "Take That & party" juga kalah dari album debutnya East 17 "Walthamstow" yang sama-sama dirilis tahun 1992.
Persaingan berlanjut dengan keluarnya album "Everything Changes" punya Take That dan "Steam" dari East 17. Namun pelan-pelan Take That mulai meninggalkan East 17. Album Gary Barlow dkk meraih penghargaan empat platinum dan ada di urutan ketiga album paling laris di Inggris tahun 1993. Sementara "Steam" yang mengandalkan single "Stay Another Day" hanya dapat dua platinum.
Banyak yang menanggap "Stay Another Day" sebagai lagu Natal. Nggak salah juga sih, karena ada suara lonceng di bagian akhir lagu. Sementara video klipnya menggambarkan personel East 17 yang sedang nyanyi di bawah hujan salju. Lagu ini dirilis pada 21 November 1994 dan bersaing ketat dengan "All I Want for Christmas is You" punyanya Mariah Carey sampai akhirnya pas tanggal 25 Desember East 17 yang jadi nomor satu di Inggris.
Ada cerita gelap di balik lagu ini. Tony Mortimer, penulis lagu dan personel East 17, mengaku melodi lagunya sudah nempel di kepala selama beberapa bulan tapi susah banget menemukan cerita yang cocok. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk bercerita soal kakaknya, Ollie yang bunuh diri di usia muda. "Kalau saya diberi waktu satu hari lagi bersama Ollie, saya akan minta dia untuk bertahan dan tidak mengambil keputusan nekat ini," kata Tony saat diwawancara majalah Songwriting tahun 2016.
Tony bilang, lagu ini juga terinspirasi dari kisah teman dekatnya yang kehilangan sang ayah. Temannya itu curhat dan berharap banget dikasih tambahan waktu 24 jam untuk bisa ngobrol atau sekadar duduk bersebelahan dengan ayahnya dari situlah muncul judul "Stay Another Day". Tony menulis lagu ini dibantu manajer Rob Keane dan Dominic Hawken, yang pernah kerjasama dengan vokalis Culture Club, Boy George
Tony menganggap "Stay Another Day' adalah lagu sedih. Dia sempat minta agar jangan dirilis karena muatan emosi dan pengalaman pribadi yang begitu kuat. Menurutnya, nggak semua orang bisa mengerti pesan di dalamnya. Namun setelah dirilis banyak penggemar yang mengaku punya pengalaman yang sama dengan Tony setelah mendengar lagu itu.