Bencana akibat abrasi melanda pesisir Pantai Amurang, Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Selatan. Peristiwa tersebut terjadi pada Rabu, 15 Juni sekitar pukul 14.00 WITA. Tidak ada korban jiwa pada abrasi tersebut. Menurut catatan, ada 31 rumah warga dilaporkan ikut terdampak, jembatan serta penginapan. Bangunan tersebut amblas akibat terkena abrasi pantai hingga memaksa 266 kepala keluarga diharuskan mengungsi. Diketahui abrasi merupakan pengikisan daerah pantai yang terjadi akibat gelombang dan arus laut yang sifatnya merusak "destruktif". Jika dibiarkan, pengikisan tersebut dapat membanjiri daerah di sekitar pantai.
Status tanggap darurat pun kini telah ditetapkan selama 14 hari ke depan terhuitung sejak Rabu, 15 Juni kemarin untuk mendukung percepatan penanganan dampak abrasi di daerah pesisir.
Puluhan Rumah Warga Amblas
Sebanyak 31 rumah, jalan, serta jembatan amblas karena abrasi di pesisir Pantai Amurang, Kabupaten Minahasa Selatan, Sulut, Rabu, 15 Juni kemarin. Berdasarkan data dari Badan SAR Manado, abrasi yang terjadi sekitar pukul 15.00 Wita, menghancurkan 15 bangunan rumah, jembatan, serta jalan. Sedangkan, abrasi pantai itu mengakibatkan jembatan dan jalan boulevard serta tembok pengaman pantai beserta beberapa rumah warga tenggelam. Kepala Basarnas Manado Suhri Sinaga melalui Humas Feri Ariyanto mengatakan, untuk saat ini Jalan Boulevard ditutup untuk berjaga-jaga bila terjadi longsor susulan.
266 Warga Terdampak Mengungsi
Abrasi yang terjadi di daerah pesisir Kabupaten Minahasa Selatan, Provinsi Sulawesi Utara, telah memaksa setidaknya 266 kepala keluarga yang meliputi warga mengungsi menurut data yang dilaporkan ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan bahwa Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sudah mengaktifkan Posko Tanggap Darurat untuk membantu warga yang harus mengungsi karena rumah mereka rusak atau roboh akibat abrasi pesisir.
Posko tanggap darurat sudah didirikan di Kantor Kelurahan Lewet dan Kantor Kelurahan Uwuran Dua, yang dijadikan sebagai tempat pengungsian warga. BPBD mengoperasikan dapur umum di kedua posko tersebut untuk membantu memenuhi kebutuhan pangan warga yang mengungsi.
Persiapan Menghadapi Bencana
Indonesia terletak pada lingkungan Geografis unik yang sering juga disebut sebagai cincin api pasifik karena banyaknya gunung berapi aktif pada wilayah ini. Indonesia juga dikelilingi oleh beberapa lempeng bumi yang terus bergerak dan bertabrakan satu sama lain sehingga menimbulkan gempa bumi hingga tsunami. Selain kondisi geografisnya, kondisi morfologi Indonesia juga beragam dan rawan bencana, mulai dari daerah pegunungan hingga pantai. Lingkungan yang telah dieksploitasi secara berlebihan juga dapat menyebabkan kerusakan alam dan mengundang berbagai bencana alam lainnya.
Melihat kondisi Indonesia yang unik ini, sudah sewajarnya kita dapat mempersiapkan diri menghadapi bencana yang mungkin akan terjadi dikemudian hari. Secara umum hal pertama yang harus dilakukan adalah melakukan mitigasi bencana, mitigasi bencana adalah upaya mengurangi resiko bencana melalui infrastruktur fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana dengan berbagai penyuluhan.
Secara personal alangkah baiknya untuk memilih tempat tinggal yang tidak berada di wilayah rawan bencana seperti tepi jurang, dibawah gunung berapi aktif ataupun bibir pantai. Catat nomor telepon penting seperti kepolisian, pemadam kebakaran maupun SAR. Persiapkan selalu tas siaga bencana yang berisi Kotak P3K dan obat-obatan pribadi, dokumen-dokumen penting, makanan dan minuman kaleng atau kemasan untuk beberapa hari kedepan, dan juga beberapa pakaian bersih. Bentuk komunitas masyarakat sekitar yang Tangguh akan bencana alam yang dapat membantu proses evakuasi maupun penanganan bencana.