Lihat ke Halaman Asli

Rivad F

Mahasiswa

Apakah Puisi Akan Mati

Diperbarui: 11 Juni 2022   16:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Selama ini pandangan kita terhadap puisi sangatlah minim atau pengetahuan kita terkait puisi sangatlah kurang, mengapa begitu karena faktor begitu sulitnya memahami makna pusis itu sendiri, ditambah untuk menikmati puisi saat ini tidak sebanyak kita ingin menikmati buku-buku dengan genre lain, belum lagi masyarakat yang bergelut di dunia sastra sudah sangat kurang dan dalam hal ini banyak hal yang menjadi faktor mengapa masyarakat sudah mulai bosan dengan karya sastra.

Padahal dalam hal ini masyarakat Indonesia telah lama mengenal puisi dimulai sekitar abad 7 Masehi ketika pada masa kerajaan Sriwijaya. Dibuktikan dengan penemuan prasasti dengan tulisan dan juga Kitab Pramanavartika yang merupakan kitab yang berisikan karya sastra. Selain itu, Sriwijaya pernah menjadi pusat pendidikan dan kitab-kitabnya ditulis dalam bentuk puisi dan prosa.

Jika kita menarik garis panjang terhadap dunia sastra dan puisi, kita tau bahwa puisi dan juga karya sastra lainnya sudah ada dan harusnya banyak dinikmati saat ini terbayang beberapa nama pengarang puisi yang tidak akn mati ditelinga kita yaitu, Eyang sapardi djoko damono, chairul anwar, joko pinurbo dan banyak penyair lainnya, tapi apakah teman-teman pernah bertanya, mengapa karya sastra sangat jarang dinikmati oleh banyak orang dan sekarang justru cenderung terlupakan, hingga penulis-penulis hebat sastra di Indonesia pun perlahan terlupakan.

Faktornya adalah,

  • Globalisasi, globalisasi sendiri telah menjadi alasan yang harusnya tidak asing bagi kita, bahwa budaya suatu Negara tergerus oleh proses globalisasi dimana informasi semakin mudah didapatkan dimana-mana.
  • Budaya modern telah menggantikan posisi-posisi sastra di masyarakat yang membuatnya sulit untuk diterima oleh kalangan muda mudi kecuali memang mereka telah memiliki kesukaan ataupun interest terhadap dunia sastra.
  • Mahalnya buku ori dibanding bajakan juga begitu banyaknya buku-buku bajakan yang beredaran diluar sana, juga buku yang telah diubah menjadi pdf membuat banyak penulis yang memilih untuk hengkang dari dunia kepenulisan, di saat mereka bersuara, tapi taka da paying hukum yang menaungi mereka, maka dari itu berkurangnya generasi penerus yang akan melanjutkan dunia kesusastraan ini termasuk puisi.

Sudah sepantasnya kita sebagai muda mudi paham bahwa karya dan juga budaya adalah milik kita dan yang akan mewarisinya adalah kita sendiri bukan orang lain, tidak lah salah mengikuti trend yang ada di luar sana, tidak lah salah mengikuti perbuahan jaman yang terjadi di luar sana, tapi jangan sampai apa yang telah dibawa oleh generasi sebelumnya tidaklah hilang dan berkurang, semisal permasalahan puisi yang ada diatas sana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline