Lihat ke Halaman Asli

Biarkan Orang Menilaimu, Ga

Diperbarui: 28 Juni 2023   20:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Raga mencoba memperbaiki posisi duduknya. Ini yang ketigakalinya ia menggeser bokongnya ke kanan dan ke kiri. Dan yang terakhir inipun belum pas dirasakannya.

Nuke mengamati sejak tadi aksi Raga. Menurutnya, tidak ada yang salah dengan kursi yang diduduki Raga. Mungkin sohibnya memakai celana jins yang kesempitan, seperti ia dulu pernah salah pakai celana dan jadi tidak nyaman sepanjang hari.

Tapi intuisi Nuke tidak ke arah sana. Sepertinya, Raga sedang gelisah. Tapi gelisah tentang apa, ia belum tahu.

Setahun belakangan, Nuke merasa ia jadi lebih peka tentang apapun. Sejak hanya melepaskan keharusan menenggak bir dan minuman alkohol lainnya. Juga sejak tidak lagi sebatangpun rokok ia hisap.

Ia berterimakasih tak terhingga kepada kakak sematawayangnya yang rela berdoa dan  berpuasa berbulan-bulan, supaya adiknya ini lepas dari adiksi rokok. Kalau adiksi alkohol, orang rumahnya tidak ada yang tahu. Tapi begitu cengkeraman rokok terlepas, saat itu juga ia merasa pahit terhadap bir dan teman-temannya.

Hari dimana Nuke merasakan kelepasan, ia merayakannya dengan menyumbangkan setengah koleksi pakaiannya ke panti asuhan. Sebuah kegembiraan dan rasa syukur pecah dan membuncah. 

Lalu ia mengabarkannya kepada Raga. Raga lelaki dan ia perempuan, tak canggung untuk menjadi sahabat. Bukan pacar atau pasangan romantis. Dan Raga terbelalak ketika mendengar Nuke sudah tidak lagi merokok dan minum, 'hanya' berkat doa dan puasa kakaknya.

"Ya, tapi dia dan puasa itu butuh effort banget Ga," ujar Nuke. Ibaratnya, lanjut gadis itu, waktu berdoa kita sedang merontokkan kemelekatan yang menguasai orang itu, atau diri kita.

Raga percaya itu. Makanya, ia bersyukur ketika masih usia belia dulu, teman2nya menakut-nakuti dia tentang bahaya rokok dan alkohol. Dan ia memang takut. Takut yang bermanfaat di sepanjang hidupnya. 

Tapi masih ada yang mengganjal di hatinya. Rani, kakak sulungnya sering sekali membully dia perihal kebiasaannya me time pagi-pagi. Macam-macamlah ujaran si Rani. Nanti rejeki dipatok ayamlah, doyan sekali ngendok (bertelur)lah, sampai dibilang cowok ga jelas. Feminim bukan, maskulin juga bukan. Olokan yang terakhir inilah yang membuatnya dongkol. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline