Untuk sahabat tercantikku Irena alias mamanya Priyanka,
a.k.a istrinya Joko Baskoro
Ren, terimakasih ya untuk suratnya.
Aku secepat kilat membalas demi membaca dua paragraf di akhir suratmu. Oh Sofie, apa gunanya dia dulu sampai mengejar-ngejar kita untuk menginap dua malam di Sawangan ya kalau akhirnya kawin juga, hahaha.
Tapi tak apalah. Kalau urusan hati tidak ada yang bisa meramalkan kemana arahnya. Tapi rasa-rasanya, akulah yang paling serius menyimak dan mengamini tekad si Sofie waktu itu. Kebetulan aku mengikuti perjalanan asmara dia.
Dengan yang terakhir agak fatal, karena cowoknya waktu itu sampai bilang kalau Sofie cocoknya jadi jomblo forever karena DNAnya memang seperti itu. Hus, jangan ketawa kamu RenJ. Serius, itulah yang dibilang sama Arwin sebelum mereka putus. Arwin itu nama pacar terakhir dia. Dan Sofie mengiyakan.
Sofie sempat bilang ke aku, bahwa mungkin dia bukan pasangan yang baik. Kalau sahabat yang baik, iya.
Aku waktu itu mendengarkan saja. Beberapa bulan kemudian, datanglah undangan menginap itu. Kita diajak main ke villa dan ujung-ujungnya dia membuat deklarasi itu.
Sudahlah dulu tentang Sofie. Titipkan salamku buatnya ya, Ren. Kalau aku pulang, aku akan singgah ke rumahnya.
Sekarang aku ingin bilang bahwa aku sudah tidak lagi mengajar. Mau tahu bagaimana perasaanku? Antara plong dan sedih. Plong karena akhirnya lepas juga pekerjaan yang membebani pikiranku selama berbulan-bulan itu. Sedih karena anak-anak itu protes aku tinggalkan.
Eeee, aku bukan mau bikin suasana mendayu-dayu lho ya. Bener kok, anak-anak itu ngambek aku tidak mengajar lagi. Padahal, soal memberikan materi sih rasanya aku katro banget deh. Tapi aku berusaha mengajar semaksimal mungkin. Berdasarkan kurikulum yang berlaku. Tetapi Kepala Sekolah bilang, yang paling dibutuhkan siswa-siswa di sekolahnya adalah perhatian.