Lihat ke Halaman Asli

The Living Harmony

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

ku ingin melukismu dalam puisi,
sejenak meninggalkan ketiadaan yang merindu,
nafas rasamu yang membeku


garis senyumu membelengguku,
menyertai mimpi-mimpi yang sulit aku ganti,

dulu di matamu tersirat samudra, senyatanya entah dimana,
dulu pernah tertawa bersama, sekarang terisak dalam tanya,
syahkah aku menanti ?


maaf, aku belum bisa jadi udara,
yang membungai kepak sayapmu,
maaf, bila duri yang menyesak di hatimu,
kau tak indah tuk terluka,

coba terimalah, coba mengertilah,,


aku menunggu berhari-hari,
tapi rasa sayang ini tag kunjung membusuk,
mungkin menanti takdir sebut namaku,
mungkin menanti waktu merubah arahmu,

seperti mentari menerima hujan,
seperti pelangi manyanding temaram.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline