Tantangan saat masa Orde Baru adalah terkukungnya demokrasi politik. Rezim penguasa saat itu begitu berkuasa sehingga banyak aspirasi yang akhirnya tidak terdengar, bahkan hilang atau sengaja dihilangkan. Saat itu rakyat hidup dengan pilihan politik yang terbatas. Beberapa kalangan merasai diskriminasi yang sangat menekan hidupnya. Secara keseluruhan zaman itu adalah penuh represi (tekanan)
Saat rezim Orde Baru tumbang dan masa reformasi, banyak hal yang akhirnya bisa dilakukan oleh bangsa Indnesia. Kebebasan berpendapat, berorganisasi dan lain sebagainya. Saat itu SIUPP yang menjadi momok media dalam berkegiatan menjadi dimimalisir sehingga banyak sekali media yang tumbuh kala itu.
Teknologi juga ikut menyemarakkan reformasi. Jadi setelah media yang begitu meriah tumbuh di tanah air, kebebasan berpendapat juga direiahkan dengan adanya media sosial yang sering dipakai oleh masyarakat awam dalam menyuarakan pendapatnya. Mereka bisa berkata apa saja bahkan memaki apa saja yang ada dalam pikirannya sehingga dunia maya amat riuh.
Hal yang layak menjadi catatan adalah akhir-akhir ini politik indentitas sangat dominan terjadi di Indoensia. Apalagi jika dekat dengan kontestasi poitik seperti Pilpres atau Pilkada. Di ranah media sosial dan dilontarkan oleh masyarakat yang relative minim punya pengetahuan literasi.
Mereka mengemas issu --issu yang tak jarang jauh dari kebenaran atau logika dan terlontar pada media sosial, Politik identitas yang dilempar kepada masyarakat dan oleh masyarakat itu sangat kental dengan perbedaan. Dari perbedaan agama, suku, ras dan golongan.
Di masa kini, perbedaan agama menjadi hal pelik dan sulit untuk saling menerima satu sama lain.Mereka saling memperolok dan merasa benar satu sama lain apalagi ada pihak-pihak yang sengaja selalu menggoreng isu-isu perbedaan itu dengan kepentingan tertentu.
Kita lihat saja contoh yang kini berlangsung. Di media sosial ada tagar #HaramPilihPemimpin AntiIsam. Dari kata-kata yang tercantum, sangat jelas bahwa pemilihan kata yang dipakai sangat kental dengan politik identitas. Haran dan Anti Islam adalah sesuatu sensitive yang seharusnya tidak diangkat di ranah media sosial. Terlebih lagi semua paslon dalam kontestasi Pilpres beragama sama yaitu muslim.
Fenomena ini tentu menyedihkan. Bebas dari rezim yang sangat represif, lalu masuk pada masa reformasi dimana semua akses informasi dibuka dengan kencang. Rakyat bebas memilih apa yang disukainya. Sejatinya ini yang seharusnya dicegah untuk melebar.
Semua perbedaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia hakekatnya adalah harta luar biasa. Pada masa pra reformasi, itu dijadikan salah satu kekuatan untuk mendobrak penguasa Orde Baru untuk lebih menghargai masyarakat. Sehingga sejatinya rakyat harus sadar bahwa kita ini dibangun dan dibentuk sebagai bangsa atas dasar perbedaan. Perbedaan dan persatuan bangsa adalah hakekat berbangsa kita yang harus kita ingat sampai kapanpun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H