Semilir angin menerpa pepohonan didinginnya pagi, cahaya matahari mulai merangkak masuk ke celah-celah jendela kamar, berat rasanya mata ini untuk terbuka, kulirik jam yang ada didinding kamar, pukul 08.00 WIB, namun aku belum ingin beranjak dari sini.
"Mela.....!" Terdengar teriakan lirih dari balik pintu kamar.
"Sudah, sampai kapan mau seperti ini?
Aku hanya diam tak bergeming. Kuambil bantal biru dan menutupi seluruh wajahku dengan bantal.
"Mel, lihat si Hamza, dia kebingungan nyariin kamu, dia gak tau apa-apa, ibu tau, kamu terluka, tapi gak gini caranya "
Aku membuka mataku, merapikan rambutku yang sedari tadi sudah berantakan tak beraturan, kutatap cermin didepanku lekat-lekat, kudapati didepanku seorang wanita pecundang dengan muka pucat dan mata sembab, yang sudah mengurung diri nyaris 2 x 24 jam tanpa makan -minum.
Aku berjalan dan meraih gagang pintu, tiba-tiba...
"Bruuuuk...." Aku limbung
***
"Nak, naaak" Kata ibuku bergeter
Kucoba membuka mataku, sayu kulihat mata ibu yang basah, ku peluk ibuku erat-erat dan menangis sejadi-jadinya.